Perayaan Waisak 2569 BE/2025 di Candi Borobudur, Magelang semakin meneguhkan komitmen Injourney untuk mentransformasi Borobudur. Tak hanya sebagai tempat hiburan tapi juga menjunjung nilai spiritual dan budaya yang inklusif.
Memberdayakan masyarakat lokal Borobudur
Direktur Utama InJourney, Maya Watono menegaskan bahwa holding BUMN setor aviasi dan pariwisata tak membatasi pengunjung dari latar belakang apapun. Mereka tetap menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Candi Borobudur bukan sekadar warisan budaya dunia, melainkan ekosistem pariwisata inklusif yang memuliakan nilai-nilai spiritual, toleransi, dan keberagaman.” Ucap Maya melalui keterangan tertulis dikutip pada Minggu (25/5/2025).
Ia menjelaskan jika pengelolaan destinasi wisata di Borobudur tidak hanya berfokus pada jumlah kunjungan dan keuntungan semata, tetapi pada kualitas pengalaman, pelestarian budaya, serta pemberdayaan masyarakat lokal.
Saat perayaan Waisak 2025 kemarin, InJourney melaporkan bahwa jumlah penumpang udara di Yogyakarta International Airport (YIA) meningkat. Dari yang tadinya 367 penerbangan menjadi 421 penerbangan.

Selain itu, juga terjadi kenaikan okupansi hotel atau penginapan selama libur panjang Waisak. Sekitar 200 calon tamu yang tidak berhasil mendapatkan kamar diarahkan ke homestay lain di wilayah Kecamatan Borobudur, Magelang yang memiliki sekitar 400 unit dan 800 hingga 1.000 kamar.
Jika ditotal dari periode 1 hingga 13 Mei 2025, kunjungan di Candi Borobudur mencapai 100 ribu orang. Pencapaian tersebut berdampak pada ekonomi warga.
“Kami turut melibatkan lebih dari 2000 UMKM dan hampir 2000 tenaga kerja lokal untuk mendukung penyelenggaraan rangkaian acara Waisak 2025,” ujar Direktur Utama InJourney Destination Management, Febrina Intan.
Upaya melestarikan cagar budaya
Komitmen itu sejalan dengan amanah UU Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017 lewat pembangunan yang berkelanjutan. Hal itu disampaikan Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam agenda pertemuan dengan komunitas Buddhis untuk menyambut bulan Suci Waisak tahun 2025 pada Minggu (4/5/2025).
“Komitmen ini bukan hanya tentang menjaga warisan masa lalu, tetapi juga menghadirkan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat hari ini dan masa depan. Tentunya dibutuhkan kolaborasi dan kerja sama seluruh pihak untuk merealisasikan harapan ini sehingga dapat terwujud ekosistem yang tangguh dan berkelanjutan sehingga budaya dapat membawa dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat,” jelas Fadli Zon.
InJourney sendiri sudah berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk membentuk ekosistem pariwisata yang inklusif di Candi Borobudur, seperti menata kawasan yang hijau dan ramah pengunjung, memberlakukan sistem kuota dan jalur khusus untuk naik ke struktur candi, serta merelokasi pedagang dengan membangun Museum dan Kampung Seni Borobudur (KSB), Magelang.
KSB sebagai tempat pedagang di sekitar Borobudur berjualan. Ada yang sudah berdagang selama 10-20 tahun, bahkan dari generasi ke generasi. Pengunjung dapat berbelanja, berkunjung ke museum, menikmati pagelaran acara, hingga fasilitas lain yang tersedia di sana.
Pembangunan KSB diharapkan mampu memberikan dampak ekonomi langsung melalui pelibatan UMKM, komunitas seni dan budaya, serta masyarakat di sekitar kawasan.
Borobudur sebagai rumah spiritual
InJourney juga membatasi mobilitas pengunjung, agar tercipta pengelolalaan dengan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas, para Bhikku dan umat Buddha.
“Melalui pendekatan inklusif, kontemplatif, dan berbasis komunitas, kami ingin menjadikan Borobudur sebagai rumah spiritual global dan model pengembangan destinasi yang berkelanjutan di Indonesia,” ujar Maya.
“InJourney berharap kolaborasi semua pemangku kepentingan dapat terus ditingkatkan agar Borobudur tidak hanya menjadi ikon, akan tetapi juga simbol pencapaian spiritual dan harmoni bagi generasi kini dan mendatang,” lanjutnya.
Untuk mendukung hal tersebut, InJourney terus melakukan koordinasi intensif dengan berbagai pemangku kepentingan. Hal itu guna memastikan seluruh persiapan dan pelaksanaan kegiatan tetap sejalan dengan prinsip-prinsip pelestarian cagar budaya.
Prinsip tersebut harus diterapkan agar tidak mengancam dan berdampak langsung pada nilai universal luar biasa (outstanding universal value). Di mana, Candi Borobudur yang terletak di Magelang merupakan mahakarya arsitektur Buddhis dan seni monumental. Dengan begitu, transformasi Candi Borobudur sebagai destinasi wisata yang mengedepankan nilai spiritual dan kultural bisa terwujud.***
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Pengunjung Candi Borobudur Capai 100 Ribu Orang Selama Libur Waisak, Ekonomi Daerah Meningkat.