Setelah berlatih berbulan-bulan, dua tim sepak bola putri Indonesia yakni HydroPlus Strikers (U-14) dan MilkLife Shakers (U-12) akhirnya bertanding di laga internasional. Mereka yang mulanya hanya bocah-bocah desa biasa di Kudus, kini berangkat ke Singapura untuk berlaga di Junior Soccer School and League (JSSL) 2025.
***
Sejak Kamis (17/4/2025) hingga Sabtu (20/4/2025), tim HydroPlus Strikers (U-14) dari Kudus sudah melewati sembilan pertandingan dan akhirnya maju ke babak final pada Minggu (21/4/2025).
Dari sembilan pertandingan tersebut, mereka berhasil menang enam kali dan seri tiga kali. Tercatat 18 gol sudah mereka cetak dan hanya kebobolan dua gol.
Sedangkan, tim MilkLife Shakers berhasil menang di tujuh pertandingan. Terhitung, para pemain mencetak 28 gol dan tidak pernah kebobolan sama sekali dalam laga JSSL Singapore 7’s 2025.
Di hari keempat yakni babak final, kedua tim berhasil meraih posisi runner-up. Di mana, HydroPlus Strikers harus menelan kekalahan 0-2 dari Lion City Sailors (Singapura) yang berstatus pemuncak klasemen.
Sedangkan MilkLife Shakers harus menelan hasil pahit melawan National Development Center (NDC) A Singapura dengan skor 0-1. Meski begitu, pertandingan tersebut menjadi pengalaman baru bagi kedua tim sepak bola putri Indonesia.

Program Director MilkLife Soccer Challenge, Teddy Tjahjono berujar Meski kalah oleh tim tuan rumah, kedua tim telah mencapai langkah besar sebagai tim debutan hingga menjadi partai pamungkas. Keduanya berhasil menunjukkan gaya bermain yang berkualitas.
“Banyak juga yang mengapresiasi kami mulai dari atlet, pelatih, pendukung tim lawan yang mengakui dan memuji ketika para adik-adik bertanding. Tentu ini menjadi tren positif,” ucap Teddy melalui keterangan resmi dikutip pada Senin, (21/4/2025).
Air mata bocah-bocah Kudus di JSSL Singapore
Kekalahan yang diterima oleh MilkLife Shakers ini membuat air mata para pemain tim pecah. Status clean sheet dari hari pertama JSSL Singapore 7’s sampai babak semifinal dipatahkan oleh NDC A.
Kesedihan itu tak terkecuali dirasakan oleh Locita Waranggani Olah Nismara. Loli, sapaan akrabnya bersyukur kerap menunjukkan performa gemilang bersama rekan setimnya dari Kudus, sepanjang turnamen bergulir.
“Alhamdulillah bisa menjadi runner-up. Walaupun belum jadi juara tapi teman-teman mainnya kompak dan seru,” kata siswi SDN Pacarkeling V Surabaya tersebut.
“Kami nggak takut sama sekali dengan lawan yang posturnya lebih besar, karena skill kami bisa diadu. Hasil ini juga berkat dukungan mama dan kakak yang datang langsung dari hari Kamis,” lanjutnya.

Ibunda Locita, Mela Damayanti bahkan sengaja terbang langsung dari Surabaya ke Singapura untuk memberi motivasi dan dukungan moral kepada buah hati. Teriakan membangun dari pinggir lapangan setiap putrinya tanding maupun sentuhan penuh kasih di luar arena diharap menjadi suntikan semangat.
“Saya memang sengaja datang dan merencanakan dari jauh hari. Karena ketika Loli tanding di China (Universal Youth Cup) sebelumnya saya tidak bisa menemani. Saya bangga dengan capaian Loli dan timnya,” kata Mela.
Faktor kekalahan yang menjadi pengalaman berharga
Bek tengah HydroPlus Strikers, Kazumi Z. A. Nurlan mengatakan kekalahan timnya di laga final salah satunya dipengaruhi oleh faktor ukuran lapangan. Khusus partai final JSSL Singapore 7’s 2025 kali ini, dua lapangan berukuran 50 meter x 30 meter memang digabung menjadi satu. Besarnya jadi dua kali lipat melelahkan ketimbang saat mereka latihan di Kudus.
Durasi pertandingannya pun masih sama, yakni 25 menit tanpa interval. Oleh karena itu, Kazumi merasa tenaga timnya lebih terkuras di babak tersebut. Walaupun belum memboyong juara, ia mengaku banyak memetik pelajaran penting dari sana.
“Karena kami latihannya di lapangan yang tidak sebesar final tadi, jadi tenaganya lebih cepat capek. Tapi saya bersyukur menjadi juara dua dan banyak dapat pengalaman mulai dari bagaimana defense yang benar, komunikasi yang baik antar pemain, dan mental lebih terasah. Semoga kedepannya bisa menjadi pemain timnas Indonesia,” kata siswi SDN 203 Kacapiring Bandung tersebut.
Head Coach HydroPlus Strikers dan MilkLife Shakers, Timo Scheunemann yang sehari-hari melatih anak didiknya di Kudus tetap mengapresiasi pencapaian kedua timnya. Namun, ia mengimbau agar para atlet tidak terlena dengan raihan ini dan menjadikannya sebagai pengalaman maupun pembelajaran penting untuk mengasah skill serta mental.
“Tim HydroPlus Strikers dan MilkLife Shakers sebenarnya bisa bermain lebih baik dari yang mereka tunjukkan selama turnamen,” ucap Timo.
“Namun karena ini menjadi pengalaman perdana bertanding melawan atlet dari berbagai negara, pasti ada kekurangan yang seharusnya bisa dihindari agar bermain lebih all out. Tapi kami tetap bangga karena mental mereka sebagai atlet sudah mulai terbentuk,” tuturnya Timo.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza