Ketika pertama kali naik kereta api (KA) eksekutif dari Stasiun Tugu Jogja, awalnya merasa sok keren dan sok kaya. Namun, perbedaan fasilitas yang sangat jomplang dengan kereta ekonomi malah bikin terasa sangat kampungan. Apalagi sampai melakukan beberapa hal memalukan.
Kesempatan pertama kali naik kereta api (KA) eksekutif
Sebagai orang dengan ekonomi pas-pasan, dari kecil hingga kuliah di Jogja Ashad (27), pemuda asal Mojokerto, Jawa Timur, belum pernah sama sekali mencicipi kereta api eksekutif.
Perjalanan lintas kotanya—Mojokerto-Jogja (juga sebaliknya) atau ke kota-kota lain—tentu saja mengandalkan KA ekonomi. Itupun Ashad masih harus bersiasat agar mendapat KA Sri Tanjung dengan harga Rp80 ribuan.
Hingga akhirnya, di semester 5 masa kuliahnya di Jogja, dia mendapat pendanaan penelitian dari seorang dosen. Dia bersama dua temannya (satu laki-laki dan satu perempuan) diminta berangkat melakukan penelitian ke Madura.
“Berhubung didanai, ya dua temenku nyaranin naik kereta api eksekutif aja. Perjalanan jauh, Bro. Dari Jogja ke Surabaya dulu, lalu lanjut ngebus ke Madura. Jadi kalau bisa mending pakai eksekutif biar perjalanan jadi nyaman,” ungkap Ashad, Selasa (20/5/2025) pagi WIB.
Mereka akhirnya memesan tiket kereta api eksekutif dengan rute keberangkatan Stasiun Tugu Jogja-Stasiun Gubeng Surabaya.
“Aku cuma membatin, cok mahal banget. Kalau nggak ada pendanaan itu, seumur hidup kayaknya aku nggak bakal pernah mencicipi naik KA eksekutif,” ujarnya.
Takjub dengan model kursi
Pada hari yang sudah ditentukan pada 2018 silam, mereka akhirnya berangkat dari Stasiun Tugu Jogja.
Saat memasuki kereta api eksekutif untuk pertama kalinya itu, diam-diam Ashad menyimpan rasa takjub. Terutama saat melihat deretan kursinya.
Tidak ada kursi tegak berhadap-hadapan seperti kursi di KA ekonomi. Adanya kursi single berjejer dua dengan ruang kaki yang lebih luas. Kursinya pun bisa disetel mundur sehingga nyaman untuk semi rebahan.
Bertahun-tahun duduk di kursi tegak dan berhadap-hadapan, Ashad selalu merasa sakit punggung sekaligus rikuh sendiri kala antara dengkulnya dengan dengkul penumpang di hadapannya bersentuhan.
Belum lagi kalau penumpang di sampingnya tertidur dan kepalanya nyandar-nyandar sendiri ke pundak Ashad. Hanya bikin dongkol.
Tapi malam itu, untuk pertama kalinya dia akan merasakan sensasi perjalanan naik kereta yang berbeda sama sekali.
Baca halaman selanjutnya…
Sok kaya berujung norak dan malu-maluin, tak bisa buka bagasi hingga ketahuan gondol selimut KAI