Puluhan ribu anak muda di Cikarang susah dapat kerja. Padahal, kota mereka lahir dan besar ini konon adalah sebaik-baiknya tempat cari kerja.
***
Negeri 1.001 pabrik. Demikianlah Dito menjuluki kota kelahirannya itu, Cikarang. Bagaimana tidak, ibu kota Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ini dikenal sebagai salah satu kawasan industri terbesar di Asia Tenggara.
Kalau menukil data kantor berita Antara pada tahun 2024 lalu saja, di kota ini terdapat 7 sampai 10 kawasan industri. Dari yang paling terkenal ada Kawasan Industri Lippo, Kawasan Industri East Jakarta Industrial Park (IEJI), hingga Kawasan Industri Greenland International Industrial Center (GIIC).
Jumlah pabriknya? Tidak usah ditanya. Estimasinya ada 4.000 pabrik yang berdiri di kawasan seluas 1.041,25 km persegi ini.
Sialnya, itu cuma angka di atas kertas. Sebab, ada banyak warga lokal–kalau dalam bahasa Dito, “akamsi”–kesulitan dapat kerja. Mereka menganggur. Sebagian lagi memilih “menyingkir” ke Jakarta untuk mempertaruhkan nasib.
“Makanya, aku nyebutnya ironi. Soalnya banyak pengangguran di kota yang jumlah pabriknya ada ribuan, negeri 1.001 pabrik aku nyebutnya,” kata Dito, lelaki yang sudah setahun ke belakang ini nganggur, Senin (9/5/2025).
“Bekasi Pasti Kerja 2025” cuma pepesan kosong
Kericuhan yang terjadi dalam gelaran job fair di Jababeka, Cikarang, belum lama ini menunjukkan wajah yang sebenarnya dari kota ini. Ribuan orang berdesakan mencari kerja di lowongan yang jumlahnya tak seberapa.
Kata Dito, ini cuma menjadi fenomena gunung es. Sebab, selain orang yang berdesakan di gelaran job fair itu, masih ada puluhan ribu anak muda lain di Cikarang dengan nasib tak lebih baik.
Mengutip data BPS Kabupaten Bekasi pada 2024 lalu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Bekasi adalah sebesar 8,82 persen. Ini menjadikan Kabupaten Bekasi sebagai salah satu daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi di Jawa Barat. BPS memperkirakan, dari 1,6 juta angkatan kerja, sekitar 142 ribu orang merupakan pengangguran.
“Banyak orang, terutama yang nggak napak tanah, bilang kami nganggur karena minim effort buat cari kerja. Coba ngomong gitu di depan kami, apa nggak habis itu orang,” kata Dito.
“Sekarang mikir aja, ribuan pabrik tapi lowongan kerja nggak ada? Omong kosong itu slogan ‘Bekasi Pasti Kerja 2025’, yang ada pengangguran tambah banyak.”
Saat kecil nonton orang berangkat kerja, sudah masih masih nonton juga
Rendi (21), lahir dan besar di Cikarang, Jawa Barat. Sejak kecil, dirinya selalu melihat pabrik-pabrik menjulang tinggi, truk-truk besar yang hilir mudik, lengkap dengan orang-orang yang berangkat kerja di pagi hari dan pulang kerja sore harinya.
Ada harapan, ketika besar kelak, ia menjadi bagian dari rombongan manusia yang mencari nafkah tersebut.
“Tapi begitu sudah besar, aku masih saja nontonin orang berangkat kerja. Nggak ada yang beda, tetap nganggur,” ungkapnya, Minggu (8/5/2025).
Dua tahun sejak lulus SMK, ia masih menganggur. Setiap hari, rutinitasnya nyaris tak berubah: bangun tidur, mengantar adiknya sekolah, kemudian nontonin orang-orang berangkat kerja.
Di waktu “senggangnya”, …
Baca halaman selanjutnya…
Calo masuk pabrik memperparah tingkat pengangguran di Cikarang.