MOJOK.CO – Toko buah teman saya di Jogja mengalami teror bertubi-tubi. Terakhir, dia harus merumahkan karyawannya. Sungguh kondisi yang memprihatinkan.
Saya percaya apabila sosok hantu bisa muncul, bahkan hadir secara utuh di foto. Ini menandakan kalau sosoknya kuat. Salah satunya adalah yang hadir di kertas printer thermal toko buah milik teman saya di salah satu sudut Jogja.
Saat itu, saya baru selesai menonton trailer film Menjelang Ajal. Trailer film tersebut membuat saya teringat perbincangan dengan seorang penjual baju di pasar tradisional. Di pasar tersebut, adalah hal umum, bagi penjual, menggunakan penglaris dan santet.
Konon, bagi orang-orang yang memiliki kemampuan bisa “melihat”, ada aneka rupa hewan dalam wajah penjual. Mulai dari monyet, babi, anjing, hingga tikus. Konon, sekali lagi, hewan-hewan itulah yang membantu penjual agar calon konsumen datang ke lapak mereka.
Soal penglaris, memang ngeri-ngeri menyenangkan. Ya, menyenangkan karena omzet bisa tiba-tiba naik drastis. Namun, tetap saja ngeri ketika orang yang menjadi perantara penglaris (baca: dukun) meninggal. Sebab, para hewan tersebut bisa “memangsa” penjual karena hilangnya kendali.
Akan tetapi, lebih mengerikan lagi apabila ada entitas lain yang datang ke tempat jualan Anda, dan merusak segalanya. Dan Itu terjadi di toko buah teman saya di Jogja.
Karyawan di toko buah di Jogja yang dibuat tidak betah
Pada mulanya, selepas Magrib, beberapa karyawan di toko buah di Jogja ini langsung ngacir pulang. Mereka, yang biasanya melepas lelah di salah satu sudut toko buah lebih memilih untuk langsung pulang. Bahkan, mereka tidak pernah mengambil jatah lembur.
Teman saya tentu senang karena tidak banyak karyawannya yang mau mengambil jatah lembur. Jelas, ini menghemat biaya operasional toko buah di Jogja itu.
Akan tetapi, ketika dia menawari karyawannya untuk lembur, mereka semakin keras menolak. Para karyawan membuat alasan berbagai macam dan lebih memilih langsung pulang.
Lantaran hal ini terjadi cukup sering, teman saya malah jadi bertanya-tanya. Bisa-bisanya karyawan menolak lembur yang menghasilkan uang lumayan. Mereka baru mau lembur ketika terpojok, belum sempat membuat alasan, dan tidak bisa menolak permintaan teman saya.
Akhirnya, suatu ketika menjelang dini hari, teman saya iseng bertanya kepada sedikit karyawan yang terpaksa lembur. Dia ingin tahu alasan sejumlah karyawan tidak mau lembur.
“Sering nggak nyaman, Pak”
“Kenapa nggak nyaman? Apa yang bikin nggak nyaman? Uang lembur terlalu sedikit, kah?”
“Bukan, Pak. Kami sering “ditampakkan” di dekat toilet, Pak.”
Kata “ditampakkan” memantik rasa penasaran bagi pemilik. Kemudian, dia langsung menuju sudut dekat toilet. Sayangnya, sampai di tempat, si pemilik tidak menemukan apa-apa. Hanya melihat seonggok sampah.
Keesokan harinya, si pemilik melakukan hal yang sama. Dan lagi-lagi, dia tak menemukan apa-apa. Di sisi lain, semakin sedikit karyawan yang mau mengambil lembur.
Hingga suatu ketika, printer thermal kasir toko buah di Jogja itu mengeluarkan kertas yang tidak biasa.
Wajah di kertas printer thermal
Matahari baru saja naik ke singgasana. Jalanan Jogja masih lengang. Beberapa karyawan terlihat santai karena belum banyak pengunjung. Namun, printer thermal di salah satu kasir yang tidak santai.
Entah kenapa, tiba-tiba gelombang kertas keluar begitu saja. Cukup banyak yang keluar bahkan sampai habis.
Salah satu karyawan mengambil dan menggulung kertas. Perlahan. Namun, di tengah-tengah, dia syok bahkan setengah berteriak.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” Jerit salah satu karyawan.
Para karyawan yang melihatnya, langsung datang dan menanyakan alasan kenapa dia sampai berteriak.
“Ituuu… ituu.., Mas.”
Dia hanya menunjuk gulungan kertas yang tergeletak di meja. Salah satu karyawan laki-laki mengambil gulungan tersebut, dan kali ini, bukannya berteriak tetapi melempar ke lantai begitu saja.
“Wah, medeni!” Karyawan itu ketakutan.
Karyawan-karyawan lain berkerumun, dan betapa kagetnya mereka ketika melihat sesuatu. Bukan lagi sekadar wajar, tetapi tubuhnya pun terlihat. Semacam Miss K.
Kertas di printer thermal adalah permulaan
Sorenya, salah satu karyawan memberikan kertas tersebut kepada teman saya. Dia kaget ketika melihat sosok yang muncul di kertas itu.
Sependek pengetahuannya, jika sampai ada sosok muncul dan bahkan menampakkan diri, berarti sosok tersebut cukup kuat. Entah sosoknya atau pengirimnya yang kuat.
Yang jelas, ini akan bikin masalah. Sebab, akan menjadi perkara apabila saat konsumen membayar sejumlah belanjaan, tiba-tiba kertas tersebut bukannya menjadi nota malah menjadi ghost note.
Lalu, dia meminta orang “pintar” masih dari Jogja untuk mengusirnya. Singkat cerita, tidak ada lagi sosok yang muncul di kertas printer thermal.
Apakah toko buah teman saya lantas aman? Tunggu dulu.
Jogja yang terasa berbeda
Gangguan dalam bentuk kertas memang tidak ada. Namun, “si dia” malah muncul, dan lagi-lagi, di tempat yang sama. Di sudut dekat toilet. Toko buah ternama di Jogja itu belum terhindar dari teror.
Masalahnya, dia tidak muncul saat malam hari saja. Kini, dia datang di siang hari. Ini menjadi anomali. Hantu yang biasanya hadir saat malam hari, merujuk di berbagai film horor, justru hadir saat siang hari.
Kekhawatirannya adalah bukan hanya karyawan yang melihat, melainkan juga konsumen. Tentu saja ini menjadi hal yang bikin bahaya untuk toko buah.
Beruntungnya, gangguan tersebut baru saja “datang”. Dan kebetulan, hanya ada beberapa karyawan yang mengetahuinya. Jadi, seperti yang dilakukan sebelumnya, dia memanggil “orang pintar” yang sama, masih satu daerah di Jogja.
Dan lagi-lagi, gangguan tersebut sudah hilang. Kali ini, “orang pintar” itu, memasukkan si hantu ke dalam sebuah botol. Agar menjadi pengingat bahwa semestinya hantu kiriman dikerangkeng saja.
In this economy, Jogja
Gangguan memang tidak lagi muncul. Namun, toko buah teman saya di Jogja belum lepas dari kesulitan. Karyawan sempat lega. Tapi sayangnya, kesenangan itu hanya bersifat sementara.
Gangguan baru muncul. Kali ini bukan makhluk halus di sudut toilet. Teror itu kita kenal sebagai krisis ekonomi.
Omzet tiba-tiba menurun. Bahkan drastis. Satu demi satu karyawan mengundurkan diri dan meninggalkan Jogja.
Efisiensi terjadi di mana-mana, tidak hanya di toko buah teman saya. In this economy, bisa mempertahankan bisnis di Jogja, tanpa pesugihan atau penglaris, itu sudah hebat. Karena yang terjadi adalah banyak yang tidak selamat.
Mereka merumahkan karyawan demi menghemat pengeluaran. Inilah teror yang tak kunjung minggat dari toko buah teman saya di Jogja.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Homestay Horor di Pusat Kota Jogja: Tentang Dia yang Mengintip dari Celah Pintu dan pengalaman horor lainnya di MALAM JUMAT.