Di balik tawa dan canda seorang YouTuber lokal, tersimpan jejak panjang kehidupan yang ditempa oleh pengalaman hidup dan kerja keras yang tak kenal lelah. Didik Kulot—begitu ia dikenal di dunia maya—bukan hanya sekadar figur lucu yang tampil alami di video. Ia adalah simbol kegigihan, ketekunan, dan pembuktian bahwa masa lalu bukan penjara, melainkan bekal.
Dalam Episode Putcast kali ini Kepala Suku Mojok berkunjung langsung ke rumah Komandan SKC Didik Kulot, yang berada di Kampung Kenongorejo, Madiun.
Dalam obrolan santai, Didik berbagi kisah tentang masa lalunya . Ia jujur pernah “nyolong kayu”,makan dendeng dari ikan sungai, berburu celeng demi bertahan, dan bertaruh nyawa saat melintasi gelapnya hutan. Lahir dan besar di tengah hutan dan kebun jagung, Didik Kulot bukan selebgram, bukan TikToker viral, apalagi motivator berjas. Tapi ketika ia bicara, kamu bakal lupa punya masalah.
Ketulusan yang Mengubah
Tapi dari situ kita belajar bahwa setiap orang bisa berubah, bahkan tumbuh. Yang dulunya tak dikenal siapa-siapa, kini menjadi figur publik yang disegani banyak orang—bukan karena pencitraan, tapi karena ketulusan.
Meski kini dikenal banyak orang, bahkan disebut-sebut sebagai panutan oleh sesama konten kreator, Didik Kulot tetap rendah hati. Ketika ditanya apa yang berubah setelah terkenal, ia menjawab dengan ringan, “Ekonomi, alhamdulillah, berubah. Tapi yang paling penting, teman makin banyak.”
Ia tak lupa orang-orang yang berjasa dalam hidupnya. Nama Nopek disebut sebagai guru. Rocky Gerung disebut sebagai inspirasi intelektual. Dan sosok Pak Sawal—guru keras masa kecilnya—masih disapa dengan penuh hormat.
Filosofi Hidup Didik Kulot
Didik membuktikan bahwa sukses tak harus lewat bangku sekolah tinggi atau pekerjaan elite. Ia menjelajah dari alas ke kota, dari dendeng ke YouTube, dari pencak silat ke dunia digital. Jalannya tidak lurus, tapi hatinya jujur. Tidak dibuat-buat, tidak direkayasa.
“Hidup itu ngawur, yang penting kreatif,” katanya. Kalimat yang sederhana, tapi menyimpan filosofi dalam. Bahwa dalam hidup, kita boleh tak sempurna, boleh tak punya peta pasti—asal terus bergerak dan terus berbuat.