Makanan tradisional berikut dulunya mudah dijumpai di rumah-rumah warga di Kabupaten Magelang, sayang kini sudah sulit dijumpai.
Masa sekarang ini banyak sekali makanan baru hasil inovasi anak negeri yang terus menarik minat pembeli. Pengolahan yang higienis, rasa lebih inovatif, kemasan lebih praktis, dsb., menjadi daya tarik utama. Namun sangat disayangkan jika makanan tradisional tidak lagi diperkenalkan pada generasi sekarang.
Padahal dulu, ada banyak makanan tradisional yang bisa kita jumpai dengan mudah. Makanan-makanan jadul ini sekarang sudah jarang ditemui, atau bahkan tidak bisa ditemui sama sekali. Misalnya saja beberapa makanan tradisional berikut yang juga sudah dilupakan warga Magelang karena makin sulit dijumpai.
Daftar Isi
#1 Sate gedang, makanan tradisional Magelang dengan cita rasa manis dan tampilan unik
Salah satu makanan tradisional yang dulu jadi jajanan paling laris dan tak terlihat lagi di Magelang adalah sate gedang atau sate pisang. Jangan bayangkan gedang atau pisang dibakar hanya karena namanya sate, ya. Penamaan sate sendiri karena pembuatan sate gedang ini ditusuk menggunakan lidi seperti sate pada umumnya.
Sate gedang adalah makanan tradisional berupa pisang yang diiris bulat tipis dan dimasak bersama hunkue. Setelahnya pisang ditusuk dengan lidi. Satu lidi biasanya berisi tiga potong pisang. Pisang yang sudah ditusuk lidi lalu ditata kembali di atas nampan dan disiram dengan sisa adonan hunkue tadi. Setelah dingin, hunkue akan dipotong mengikuti tiap tusukan sate.
Waktu saya kecil dulu, makanan tradisional Magelang ini dijual seharga Rp100 hingga Rp200 per tusuknya. Saat ini saya tak tahu lagi berapa harga per tusuknya, sebab di Magelang sendiri sudah jarang sekali ada yang menjual sate gedang ini.
#2 Cetot dan srowol serupa tapi tak sama
Makanan tradisional Magelang selanjutnya yang mulai dilupakan warga adalah cetot dan srowol. Padahal dulu, kedua jenis makanan ini biasa dibuat di rumah-rumah warga, tak terkecuali rumah saya. Singkong yang menjadi bahan pokok untuk membuat cetot dan srowol memang tumbuh subur di Kabupaten Magelang.
Cetot dan srowol memiliki cara pengolahan sama, penyajiannya pun sama, hanya berbeda di parutannya. Jika Jika cetot terbuat dari singkong yang diparut halus, srowol terbuat dari singkong yang diparut kasar atau disrowol seperti parutan wortel atau rujak serut.
Setelah diparut, biasanya singkong akan dikukus hingga matang dan ditata di wadah nampan atau loyang. Begitu dingin, cetot dan srowol akan diberi taburan kelapa parut dan gula pasir atau gula merah cair. Bahkan kadang disajikan kosongan karena zaman dulu gula tak mudah dijangkau oleh semua kalangan seperti sekarang.
#3 Krawu Magelang terbuat dari singkong
Jangan salfok dengan nama makanan tradisional Magelang ini. Meski kedengarannya mirip makanan khas Gresik, nasi krawu, krawu di Magelang beda. Krawu di sini terbuat dari singkong. Bisa dibilang ini adalah getuk setengah jadi.
Pada dasarnya dalam pembuatan getuk, singkong akan dikukus hingga matang, dan selagi panas, singkong ditumbuk hingga halus. Berbeda dengan getuk, bentuk krawu masih kasar dan ambyar. Cara penyajiannya pun cukup unik.
Dulu, mbah saya biasa membumbui krawu dengan bawang, cabai, dan garam. Atau, bisa juga dibumbui dengan kelapa parut beserta sari manis atau gula pasir. Baru setelahnya bahan-bahan tersebut dicampur hingga merata dan dikepal menjadi bentuk bulatan. Hidangan singkong seperti ini dahulu sudah menjadi hal lumrah di rumah-rumah di Kabupaten Magelang. Tapi sayangnya sekarang sudah sulit ditemukan.
Ketiga makanan tradisional Magelang di atas dulu memang bisa dijumpai dengan mudah, sayangkan kini dilupakan. Padahal menurut saya, makanan-makanan di atas tak kalah dari makanan kekinian bahkan lebih baik karena alami, tidak memakai bahan pengawet atau pemanis buatan. Seharusnya makanan-makanan tradisional seperti sate gedang, cetot, srowol, dan krawu tetap dilestarikan agar generasi selanjutnya tak kehilangan.
Penulis: Nikmaturrahmaniya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Oleh-oleh Khas Magelang yang Perlu Kamu Ketahui biar Tahunya Nggak Cuma Getuk.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.