Bayangin kamu duduk di warung tenda pinggir jalan, malam mulai larut, lampu-lampu bergoyang pelan tertiup angin malam dan di depanmu ada sepiring pecel lele hangat. Ada lele goreng garing yang menggoda, sambal terasi khas yang pedasnya menyala, sepiring nasi hangat yang mengepul, dan tentu saja, daun kemangi segar yang wangi semerbak.
Akan tetapi pernah nggak sih kamu kepikiran kenapa kemangi ini selalu hadir menemani pecel lele? Banyak orang yang mengabaikan peran kemangi padahal daun satu ini buka cuma pelengkap asal taruh. Ia mempunyai peran penting yang membuat pengalaman makan pecel lele jadi makin maknyus. Mari kita ulik alasan kenapa kemangi harus ada melengkapi pecel lele.
Daftar Isi
Aroma yang khas berpadu dengan pecel lele hangat
Daun satu ini punya aroma khas yang langsung tercium begitu piring dihidangkan. Segar, tajam, tapi menenangkan. Rasanya? Ada manis, ada sedikit pedas, dan ada sentuhan mint yang bikin mulut dan hirupan hidung berasa “bersih”.
Saat kamu makan lele goreng yang cenderung berminyak dan gurih, gigitan kemangi bisa menyeimbangkan rasa di lidah. Apalagi kalau sambal pecel lele yang kamu santap rasanya super pedas, kemangi seolah menjadi penawar alami yang menenangkan lidah kepedasan.
Bau amis lele sudah pasti good bye
Nah, ini salah satu fungsi penting kemangi yang kadang suka dilupakan. Lele, meski digoreng garing, tetap ikan air tawar yang punya kecenderungan bau amis. Apalagi kalau nggak digoreng dengan sempurna atau kurang bumbu.
Di sinilah kemangi masuk sebagai penyelamat. Dengan mengunyah kemangi bersamaan dengan lele, bau amis bisa tertutup oleh aroma kuat daun ini. Bahkan banyak orang sengaja mengunyah kemangi terakhir untuk menyegarkan napas dan mulut setelah makan pecel lele.
Lalapan wajib di seluruh Nusantara
Dalam budaya makan Indonesia, khususnya di Jawa dan sekitarnya, makan tanpa lalapan rasanya kayak nonton konser tanpa suara. Hampa nggak, sih?
Kemangi sudah lama jadi bagian dari lalapan khas Nusantara, bersama timun, kol, kacang panjang, dan kadang tomat. Warung pecel lele pun ikut membawa tradisi ini, menjadikan daun ini sebagai komponen wajib di setiap piringnya. Dan karena hidangan iniidentik dengan suasana jalanan, cepat saji, tapi tetap “berjiwa lokal”, maka keberadaan daun ini bukan cuma perkara estetika, tapi warisan rasa yang nikmat dan muantap!
Jangan lupakan khasiat dari daun kemangi
Jangan anggap remeh daun kemangi. Banyak orang nggak suka daun ini dan lebih memilih menyantap kol. Padahal di balik ukurannya yang mungil, daun ini menyimpan segudang manfaat.
Salah satunya pada hidangan pecel lele, daun ini jadi “pewangi” tangan setelah makan. Kalau nggak disantap, biasanya orang menggunakan daunnya untuk mencuci tangan dengan kobokan. Biasanya lumayan bikin tangan nggak bau amis. Sudah gitu menurut situs Alodokter, kemangi juga bisa mengatasi jerawat hingga menjaga kesehatan sistem pencernaan. Ada lagi yang bilang kalau daun ini bisa menghilangkan bau ketiak!
Penasaran nggak, sih? Jangan buang daun kemangi di piring pecel lele kalian, ya.
“Mewarnai” piring pecel lele kamu
Secara visual, daun kemangi yang hijau cerah bikin piring pecel lele terlihat lebih hidup dan menggugah selera. Bayangkan piring tanpa kemangi cuma ada lele, nasi, dan sambal, tentu terkesan kering dan membosankan.
Akan tetapi dengan seikat kemangi, semuanya jadi lebih berwarna. Aroma, rasa, dan tampilannya seimbang. Mata senang, hidung bahagia, lidah pun puas.
Kehadiran kemangi dalam pecel lele bukan sekadar hiasan atau tambahan basa-basi. Ia adalah bagian dari pengalaman makan yang utuh, mulai dari aroma, rasa, sampai kenikmatan setelahnya. Jadi, kalau kamu makan pecel lele, jangan sisihkan kemangi ke pinggir piring. Nikmati, kunyah, dan rasakan bagaimana daun kecil itu mengangkat seluruh rasa dalam satu piring sederhana yang penuh cerita.
Kalau ada yang bertanya, “Ngapain sih makan daun-daunan kayak gitu?”, kamu bisa menjawabnya dengan bangga. “Ini bukan sembarang daun, ini kemangi. Jiwanya pecel lele!”
Penulis: Cindy Natalie
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Saya Kaget Beli Pecel Lele di Bandar Lampung: Sambalnya Mentah, Lelenya Dua Ekor.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.