Saya ucapkan selamat kepada para pejuang SNBT yang berhasil dinyatakan lolos seleksi dan diterima di Universitas Airlangga (Unair). Selamat datang untuk kalian, khususnya bagi kalian yang memilih jurusan di Fakultas Psikologi, Vokasi, Hukum, Ilmu Budaya, Fisip, dan FEB. Karena selama kurang lebih 4 tahun ke depan, kalian akan hidup berkecimpung di daerah yang bernama Kecamatan Gubeng Surabaya. Pasalnya, fakultas yang saya sebutkan di atas letaknya di Kampus B Unair dan berada di daerah Gubeng. Yah, setidaknya bagi kalian yang ingin nyari kos-kosan atau apartemen dekat dengan kampus.
Akan tetapi kalian perlu tahu bahwa kehidupan di Gubeng itu nggak indah, nggak ideal, dan bahkan mungkin sering kali bikin kalian terjebak dalam kubangan stres. Saya kasih tahu penyebabnya.
Daftar Isi
Kehidupan di Gubeng Surabaya dengan gang sempit dan kumuh
Gubeng, meski tidak semua, adalah potret ketimpangan paling nyata di Surabaya. Di balik pusat perbelanjaan yang tampak megah di area dekat Balai Kota, terdapat gang-gang sempit yang mendominasi daerah ini. Kalau kalian mau latihan hidup berdesak-desakan, melatih kesabaran, dan keikhlasan, silakan nikmati kehidupan di Gubeng ini.
Pasalnya, lokasinya yang memang sangat berdekatan dengan Kampus B Unair membuat banyak mahasiswa mau nggak mau memilih kos di daerah tersebut biar nggak jauh. Gang seperti Airlangga, Kertajaya, Jo-joran, Karang Menjangan, dll., akan memperlihatkan bagaimana kehidupan di gang itu akan melatih kalian menjadi manusia yang harus berdamai dengan ketersinggungan. Jadi bagi calon mahasiswa baru Unair, apalagi yang anak mami, oh, persiapkan diri kalian baik-baik, ya.
Calon maba Kampus B Unair hati-hati pilih kos, soalnya bakal berhadapan dengan air yang kuning
Kualitas air di beberapa titik di Gubeng Surabaya itu sangat buruk, ada yang kuning bahkan keruh. Entahlah, apa sebenarnya yang jadi penyebabnya, sampai sekarang pun nggak jelas. Kadang airnya hanya warna kuning, kadang pula disertai bau yang beragam. Ada yang bau comberan, bau tanah, bau karat, bahkan bau yang tidak terdefinisikan. Pokoke nggak jelas tenan daerah iki.
Jadi buat calon maba Kampus B Unair, saya sarankan lebih berhati-hati memilih tempat tinggal di daerah Gubeng. Karena bisa jadi kalian harus menghadapi air kuning yang mau nggak mau digunakan untuk mandi dan cuci baju.
Penataan daerah Gubeng semrawut! Calon maba Kampus B Unair harus tahu
Selain banyak gang sempit dan kumuh, daerah Gubeng Surabaya secara keseluruhan juga punya penataan yang buruk. Pasalnya, nggak ada harmonisasi antara kawasan permukiman dengan area komersial seperti ruko, showroom, dan sejenisnya.
Mulanya, daerah ini merupakan area permukiman penduduk. Tetapi seiring waktu, berbagai aktivitas bisnis pun masuk dan tumbuh pesat di sini, tapi nggak diimbangi dengan penataan zona yang jelas. Jadi, banyak rumah tinggal yang berdampingan langsung dengan area komersial seperti ruko dan showroom mobil. Kadang kondisi seperti itu memicu ketegangan dan konflik antara pengguna ruang.
Lantaran daerahnya yang nggak tertata, lalu lintas pun jadi ikut semrawut. Sebab kendaraan pribadi dan umum yang melayani kebutuhan warga lokal harus berebut jalan dengan kendaraan pengunjung ruko dan area pertokoan.
Lalu lintas lokal yang seharusnya mengalir tenang di kawasan permukiman, sering terganggu oleh kepadatan kendaraan yang datang dari luar kawasan, khususnya pada jam-jam sibuk. Diperparah lagi dengan minimnya area parkir, sehingga kendaraan banyak yang parkir di badan jalan dan mempersempit ruang gerak pengguna jalan.
Tukang parkir yang super gatheli
Calon maba Kampus B Unair harus tahu kalau tukang parkir di daerah Gubeng Surabaya ini sebelas dua belas dengan tukang parkir di daerah Jakarta. Tipe-tipe pemalak, maksa, ngotot, bahkan untuk lokasi yang jelas-jelas tertulis PARKIR GRATIS. Mereka nggak peduli, kalau mereka sudah membunyikan peluit, kemudian menghampiri sambil formalitas menarik kendaraan mangsanya, udah deh, setelah itu dipalak Rp2 ribu. Sangat menyebalkan ketika harus menghadapi mereka.
Jadi misalnya kalian berbelanja di sebuah toko menggunakan sepeda motor, pastikan uang Rp2 ribuan di dompet benar-benar tersedia. Karena kalau nggak ada ya bakal ditagih. Serius ini nggak lebay. Ini nyata. Karena kondisi itu, saya sering keluar beli sesuatu atau makanan nggak bawa motor. Tujuannya biar nggak dipalak sama tukang parkir yang GATHELI itu.
Pasalnya, saya pernah sekali berbelanja secara cashless di minimarket, kemudian dimintai parkir. Padahal terpampang jelas PARKIR GRATIS. Sementara saya nggak punya uang tunai saat itu. Akibatnya saya harus melakukan penarikan tunai, mecahin duit, cuma buat bayar tukang parkir yang GATHELI itu. Kan asemmm. Nah, bagi calon maba Kampus B Unair yang berencana tinggal di daerah Gubeng, siap-siap saja menghadapi tukang parkir ini.
Demikian beberapa hal yang mungkin perlu diketahui calon maba Unair, khususnya Kampus B. Bisa jadi kalian malah mendapatkan persoalan lain yang lebih pelik dan menyebalkan dari apa yang sudah saya paparkan.
Sekali lagi saya ucapkan selamat datang di daerah Gubeng. Sebuah daerah yang akan mengajarkan kehidupan yang penuh dengan sabar, ikhlas, di tengah perasaan yang ingin misuh-misuh di tengah-tengah kepadatan dan ketersinggungan. Welcome to the club, Broooh!
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Stereotip Mahasiswa Unair dari Masyarakat.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.