ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Euforia Pindah Agama ke Islam, Bagaimana Kalau Sebaliknya?

Julfa Iman Septian oleh Julfa Iman Septian
22 Juni 2019
A A
pindah agama mualaf

pindah agama mualaf

Share on FacebookShare on Twitter

Ia mengenakan baju ketat hitam, dengan pentil yang menerawang, seakan mempelototi siapa saja yang mencoba mendekat secara langsung. Didampingi guru spiritualnya Gus Miftah—yang sempat viral karena ceramahnya di sebuah klab malam di Bali—Deddy Corbuzier dan rombongan berbondong-bondong memasuki Masjid Al Mbejaji, kawasan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman.

Tepat pada 21 Juni 2018, Ba’da Jumat, atau 17 Syawal 1440 H, Deddy Corbuzier, seorang pembawa acara kondang, motivator kesehatan dan mantan pesulap—beliau lebih senang disebut mentalis—akhirnya mengucapkan 2 kalimat syahadat. Sebuah peristiwa yang tanpa diragukan menjadi buah bibir dan asupan empuk awak media. Dalam 12 jam terakhir, puluhan pemberitaan Bapak OCD Indonesia ini naik ke permukaan, menjadi konsumsi netizen yang sedang dibuat bosan oleh sidang MK yang berakhir menjadi ladang stock meme.

Pindahnya kepercayaan Deddy bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Saya melihat Deddy sudah tertarik dengan Islam jauh sebelum ia bertemu Gus Miftah. Sebab beberapa tahun silam, dalam acara talkshow penunda solat magrib yang dipandunya ia kerap mengundang Ustad Wijayanto, penceramah yang dikenal sangat bijak dan tidak kearab-araban. Namun bukan hal ini yang saya ingin di majelis yang dimuliakan ini, melainkan perbedaan sikap masyarakat kita terhadap mereka yang keluar dan masuk ke agamanya.

Masih teringat di benak saya bagaimana ibu saya memaki-maki Lukman Sardi ketika beliau memutuskan untuk pindah keyakinan ke Kristen. Apalagi ketika ia dipercaya memainkan tokoh pendiri Muhammadiyah—Ahmad Dahlan. Wah, saya masih ingat bagaimana wajah kaget dan jijik ibu saya ketika tahu ia memainkan peran seorang kiai besar. Belum lagi tanggapan masyarakat ketika Asmirandah dan suaminya dianggap “mempermainkan agama”. Segala macam umpatan untuk mereka keluar di media sosial, seakan mereka yang mampu membolak-balik hati manusia. Padahal itu urusan rumah tangga mereka, tidak perlu dibesar-besarkan. Infotainment pun turut memperkeruh suasana—berita menjurus cibiran dan penghakiman ditayangkan semua demi rating dan sponsor semata.

Hal ini berbanding terbalik dengan perilaku masyarakat dan pemberitaan media terhadap beberapa selebriti yang pindah keyakinan ke Islam. Kita ambil contoh Roger Danuarta, ketika media menggaungkan peristiwa pindah agama Roger, ramai-ramai orang memuji—seakan ia baru saja kembali ke jalan yang benar setelah puluhan tahun hidup sebagai seorang kriminil.

Saya sih oke oke saja dan tidak peduli, mau orang itu pindah agama ke Kristen, masuk Islam, pindah Hindu, menyembah bungkus Chiki, atau hanya diam-diam makan kuaci sambil diam-diam berdoa mengharap uang jatuh dari langit. Ini masalah keyakinan pribadi.

Masyarakat kita sepertinya terlalu ikut campur terhadap masalah pribadi pujannya. Coba deh buka Google dan ketik satu nama artis, google suggestion otomatis akan memasukan beberapa kata dan “agama” pasti nongol meminta untuk di-enter. Contoh kekaguman saya akan Chauvinisme agama orang Indonesia terjadi ketika Barrack Obama diangkat menjadi presiden kulit hitam pertama Amerika hampir sepuluh tahun silam. Kala itu euforia warga Amerika sampai ke Indonesia—selain karena ada perasaan bangga sebab Obama diceritakan pernah jadi Anak Menteng, ia juga diasumsikan sebagai seorang Muslim, karena nama Barrack dan kebijakannya untuk menghentikan perang di Timur tengah—yang mana terjadi justru kebalikannya. Saya sangat puas ketika akhirnya masyarakat dikecewakan dengan fakta bahwa ia adalah seorang Kristen yang taat. In your face, People!

Begini, saya mau tanya, ketika kamu akhirnya tahu artis pujaan kamu berdoa dengan cara yang sama dengan kamu-kamu di rumah, lalu apa? Kamu lega kah? Puas karena merasa memiliki kesamaan dengan mereka? Sebaliknya, jika ia akhirnya berbeda keyakinan dengan kamu, apakah kamu merasa insecure? Membayangkan artis pujaan tidak ikut merayakan hari besar agama seperti yang kamu anut bertahun-tahun. Ngopi lur!

Saya tidak menyuruh kamu membenci mereka yang masuk agama kamu dan merayakan yang pindah haluan—tapi tolonglah, menyumpahi orang yang murtad harus diazab tidak menjadikan kamu umat yang paling taat. Kasihan, sudah ditinggal keluarga, dihujat orang yang tidak ia kenal pula.

Biarkan mereka menjalani hidup tanpa harus diganggu oleh mulut-mulut iseng peasants macam kita. Fokuslah beribadah, memperbaiki diri, dan jalin kembali hubungan yang terkoyak pasca Pilpres-Pilpresan kemarin. Daripada ngurus orang pindah agama, mending urus ponakan kamu yang keluar dari grup WhatsApp keluarga karena tersinggung dengan hoax yang dibagikan Paklikmu.

Berbeda agama tidak serta merta membuat mereka jadi orang yang lebih baik—atau lebih buruk, wahai judging people!

Saran saya, coba stop hal-hal seperti ini, mungkin kalian pikir ini hal yang remeh, namun menghargai pilihan orang termasuk Tuhannya, akan menjadi langkah awal masyarakat kita menuju peradaban yang lebih baik. Kalau kita masih sentimentil terhadap mereka yang beda agama—dan terus mempermasalahkannya—kapan negara kita bisa mendaratkan lebih dari sekedar permen kopi di Bulan?

Kita bisa kok menjadi pemeluk agama yang baik sekaligus menjadi warga negara idaman mertua. Percayalah! Atau jika tidak— terserah dan—kalian bisa kembali ibadah dan tetap nyinyir meskipun itu dilarang di semua agama.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: Deddy CorbuzierGus MiftahKritik SosialmualafPindah agama
Julfa Iman Septian

Julfa Iman Septian

ArtikelTerkait

Belajar Memaknai Hidup, Uang, dan Public Relations dari Operator Depot Galon Isi Ulang terminal mojok.co

Shoplifter Sebagai Manifestasi Para Pengutil di Hari Lebaran

6 Juni 2019
ngajak makan

Tentang Basa Basi Ngajak Makan yang Perlu Kita Tahu

12 Juli 2019
dokter

Dokter, Pasien Butuh Senyum Bukan Cuma Resep Obat

24 Juni 2019
museum

Museum yang Sepi Pengunjung dan Terlupakan

12 Agustus 2019
pedestrian

Gugatan Seorang Pedestrian Kepada Pengendara Motor yang Sembrono

16 Juni 2019
Antek Pengguna Toilet yang Menjengkelkan dan Perlu Dibina toilet umum etika buang air terminal mojok.co

Kisah Resah di Toilet Sekolah

14 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
jawa dan sunda

Gagalnya Pernikahan Hayam Muruk dan Dyah Pitaloka, Membuat Kisah Percintaan Jawa dan Sunda Dihantui Cerita Masa Lalu

wedang jowo

Wedang Jowo dan Segala Filosofinya

plastik berbayar

Mencintai dan Membenci Kebijakan Plastik Berbayar

Terpopuler Sepekan

Buat Mahasiswa Baru yang Keterima Kuliah di Jogja, Jangan Cari Kos di Jogja Dekat Kampus, Hidup Kalian Bakal Menderita!

Buat Mahasiswa Baru yang Keterima Kuliah di Jogja, Jangan Cari Kos Dekat Kampus, Hidup Kalian Bakal Menderita!

30 Mei 2025
Mempertanyakan Efisiensi Syarat Administrasi Seleksi CPNS 2024 ASN penempatan cpns

Serba Salah Jadi ASN: Terlalu Rajin Dibilang Cari Muka, Terlalu Santai Dicap Pemalas

27 Mei 2025
Julukan Pati "Bumi Mina Tani" Sudah Nggak Cocok Lagi, Ganti Saja Jadi Pati "Bumi Wani": Wani tapi Ngawur!

Julukan Pati “Bumi Mina Tani” Sudah Nggak Cocok Lagi, Ganti Saja Jadi Pati “Bumi Wani”: Wani tapi Ngawur!

31 Mei 2025
Salatiga, Destinasi Wisata Menarik tapi Nggak Semua Orang Bakal Nyaman Liburan ke Sini

Salatiga, Destinasi Wisata Menarik tapi Nggak Semua Orang Bakal Nyaman Liburan ke Sini

28 Mei 2025
Destinasi Wisata si Solo Menggoda, tapi Nggak Semua Orang Cocok Berlibur ke Sana Mojok.co

Destinasi Wisata di Solo Menggoda, tapi Nggak Semua Orang Cocok Berlibur ke Sana

30 Mei 2025
Surat Terbuka untuk Pembenci Perantau di Jogja: Hanya Dhemit yang “Pribumi Jogja”, Kalian Bukan!

Hanya Ada 2 Tipe Orang yang Bisa Menetap di Jogja, yaitu Orang yang Berjiwa Wirausaha atau Orang yang Nggak Butuh Duit

31 Mei 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=Zbmdu5T4vVo

DARI MOJOK

  • Warga Kecamatan Selo Boyolali “Jihad” Mempertahankan Tanah, Enggan Menjualnya ke Investor Luar, Menolak Membuka Destinasi Wisata Secara Ugal-ugalan karena Bertani Adalah Prioritas
  • Komunitas Kretek dan KNPK: Hari Tanpa Tembakau adalah Cara Pandang Tak Adil Pada Industri Hasil Tembakau
  • Mendongkel Kursi Sang Tiran, Catatan Merebut Reformasi dari Aktivis 98 Jogja dan Tanda Perjuangan Belum Selesai
  • Jogja bikin Saya Sadar “Kebobrokan” di Kampung Halaman hingga Punya Motivasi untuk Membangun Karier sebagai Psikolog
  • Coba-coba Naik Stairlift di Candi Borobudur, Bakal Jadi Fasilitas Permanen?
  • Indonesia-Prancis Teken Kerja Sama Perfilman di Candi Borobudur, Angin Segar Industri Sinema Tanah Air

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

OSZAR »