ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Festival Musik Jazz Kok Minim Musisi Jazz?

Iqbal AR oleh Iqbal AR
27 November 2019
A A
Festival Musik Jazz Kok Minim Musisi Jazz?
Share on FacebookShare on Twitter

Ketika saya sedang bersantai di hari Minggu yang riuh sekali sembari bermain Twitter, saya menemukan sebuah cuitan yang cukup menohok dari seorang musisi hebat bernama Indra Lesmana. Cuitannya begini, “Kalau ingin membuat event dengan berbagai macam genre musik, menurut saya lebih baik organizer festival tidak perlu menggunakan kata ‘jazz’ dalam nama eventnya agar lebih mudah mempertanggung jawabkannya.” Saya, dan mungkin banyak orang tentu sudah paham apa maksud dari cuitan Mas Indra Lesmana ini.

Begini. Bisa dibilang, Indonesia adalah salah satu negara yang sering punya event, entah itu showcase atau festival musik yang punya embel-embel “jazz” di dalamnya. Sebut saja Java Jazz, Jazz Gunung, Jazz Traffic, Ngayogjazz, Prambanan Jazz, dan banyak sekali semacamnya. Event-event di atas bahkan sudah berjalan lama. Bukan setahun atau dua tahun belakangan saja. Tentu dengan pengunjung dan penikmat yang nggak sedikit, dengan harga tiket yang nggak bisa dibilang murah juga.

Kegelisahan Mas Indra Lesmana ternyata menjadi kegelisahan saya dan beberapa orang tentunya. Ya meskipun saya sendiri bukan musisi, bukan orang organizer, atau pengamat musik. Saya hanya pendengar dan penikmat saja. Tapi kegelisahan ini tetap muncul. Gimana nggak gelisah, lha wong nama-nama festival jazz di atas minim sekali menghadirkan musisi jazz sebagai headiners atau sebagai bintangnya. Musisi-musisi yang jadi bintang malah musisi yang dari genre lain, yang bahkan nggak ada irisan sama sekali dengan musik jazz.

Sah saja sebenarnya kalau misalnya musisi pop atau musisi rock, bahkan musisi dangdut menjadi bintang dalam sebuah festival musik jazz. Tapi kembali lagi ke kalimat terakhir dari cuitan Mas Indra Lesmana di atas, jika mengadakan festival musik jazz tapi malah mengundang musisi yang multi-genre, atau malah lebih banyak musisi non-jazz ketimbang musisi jazz-nya, bagaimana pertanggung jawabannya? Bagaimana menjawab pertanyaan seperti, “Festival musik jazz kok nggak ada musisi jazz-nya?”

Kalau memandang sebuah festival sebagai murni bisnis, ini bisa sedikit dimaklumi. Ini wajar, karena dari segi musik, genre jazz memang nggak semenarik musik pop, atau musik rock, bahkan musik dangdut. Pihak organizer atau promotor mungkin akan berpikir bagaimana caranya mengadakan festival musik jazz yang bisa menarik pasar-pasar masyarakat awam. Harus diakui bahwa anggapan masyarakat awam terhadap musik jazz adalah musik orang-orang berada, atau musik kelas atas. Silakan dibantah, tapi ini memang yang terjadi.

Pihak promotor atau organizer festival jazz tentu nggak mau berjudi dengan hanya mendatangkan musisi jazz dalam perhelatannya. Dengan festival skala besar, mendatangkan musisi jazz saja nggak akan menarik banyak antusias masyarakat. Imbasnya, event akan cenderung lebih sepi dan pihak organizer akan rugi. Cara mengatasi risiko ini adalah mendatangkan musisi-musisi pop, rock, bahkan dangdut yang punya basis penggemar yang kuat, yang bisa mendongkrak pemasukan festival dari segi tiket salah satunya. Mungkin hanya satu atau dua festival yang berani menampilkan musisi-musisi jazz sebagai bintangnya. Selain itu, kita tahu sendiri lah.

Tapi, kalau untuk kelangsungan musik jazz secara nyata, langkah ini tentu sedikit bermasalah. Bagaimana bisa musik jazz diterima masyarakat awam dan musisinya bisa punya regenerasi yang baik, kalau musisi-musisi jazz nggak mendapatkan porsi yang lebih banyak di festival musik jazz? Agak jarang kita menemukan musisi jazz yang jadi sorotan dalam sebuah festival jazz. Mau itu sebelum konser, ketika konser, atau bahkan setelah konser. Musisi yang dapat sorotan malah musisi non-jazz yang memang jadi bintangnya di festival musik jazz tersebut.

Agak miris memang, tapi mau gimana lagi. Kalau bicara musik dan festival musik, unsur bisnis memang nggak bisa dilepaskan dan diabaikan begitu saja. Nggak banyak orang “gila” dan berani mengadakan festival jazz dengan hanya mengundang musisi jazz saja, tanpa ada musisi pop atau musisi dari genre lainnya. Kegelisahan Mas Indra Lesmana dan kegelisahan saya dan beberapa orang hanya akan jadi sambatan yang keluar dan menguap begitu saja.

Solusinya apa? Saya sendiri tidak tahu. Mungkin Mas Indra Lesmana juga cukup kesulitan dah harus berpikir keras untuk memberikan solusi. Tapi yang pasti, harus lebih banyak lagi orang “gila” dan berani mengadakan festival musik jazz yang benar-benar jazz. Kalau ada solusi lain, ya monggo dituliskan saja. Tulisan ini mungkin terlihat sok tahu, tapi mau bagaimana lagi?

BACA JUGA Merayakan Hari Raya Seni di Yogyakarta, Event Ini Jadi Momen Lebaran Para Seniman atau tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 November 2019 oleh

Tags: event musikfestival jazzmusik jazz
Iqbal AR

Iqbal AR

Menulis, menulis, menangis

ArtikelTerkait

Konten tidak tersedia
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Pelarangan Otoped di Jalan, Bukti Polisi Belum Berpihak ke Pengguna Transportasi Umum

Pelarangan Otoped di Jalan, Bukti Polisi Belum Berpihak ke Pengguna Transportasi Umum

bahagia walau tidak berguna, Quarter Life Crisis: Kenapa Kita Sangat Peduli Terhadap Angka

Quarter Life Crisis dan Alasan Kenapa Kita Sangat Peduli Terhadap Angka (Khususnya Gaji)

Kapitalisme Membuat Kita Tidak Bisa Menjadi Manusia dan Pengangguran di Saat Bersamaan

Kapitalisme Membuat Kita Tidak Bisa Menjadi Manusia dan Pengangguran di Saat Bersamaan

Terpopuler Sepekan

Buat Mahasiswa Baru yang Keterima Kuliah di Jogja, Jangan Cari Kos di Jogja Dekat Kampus, Hidup Kalian Bakal Menderita!

Buat Mahasiswa Baru yang Keterima Kuliah di Jogja, Jangan Cari Kos Dekat Kampus, Hidup Kalian Bakal Menderita!

30 Mei 2025
Mungkid Ibu Kota Kabupaten Magelang, tapi Kalah Maju sama Kecamatan Mertoyudan

Mungkid Ibu Kota Kabupaten Magelang, tapi Kalah Maju sama Kecamatan Mertoyudan

28 Mei 2025
Cikarang Gemerlap sekaligus Gelap bagi Buruh: Eksploitasi hingga Tumbal Pabrik Terjadi di Sini

Cikarang Gemerlap sekaligus Gelap bagi Buruh: Eksploitasi hingga Tumbal Pabrik Terjadi di Sini

30 Mei 2025
Sekolah Elit Parkiran Sulit, Penyebab Jalan Bandung Malang Selalu Macet

Jalan Bandung Malang Macet Parah Gara-gara Tukang Parkir Liar, Jalan Sekecil Itu Jadi Lahan Parkir, Gila!

26 Mei 2025
Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Kecil yang Jarang Tampil, padahal Jadi Kabupaten Paling Maju di Madura

Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Kecil yang Jarang Tampil, padahal Jadi Kabupaten Paling Maju di Madura

25 Mei 2025
Bandung Tidak Jauh Berbeda dengan Depok Jawa Barat, Sama-sama Berbahaya dan Nggak Romantis Mojok.co

Bandung Tidak Jauh Berbeda dengan Depok Jawa Barat, Sama-sama Berbahaya dan Nggak Romantis

27 Mei 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=Zbmdu5T4vVo

DARI MOJOK

  • Komunitas Kretek dan KNPK: Hari Tanpa Tembakau adalah Cara Pandang Tak Adil Pada Industri Hasil Tembakau
  • Mendongkel Kursi Sang Tiran, Catatan Merebut Reformasi dari Aktivis 98 Jogja dan Tanda Perjuangan Belum Selesai
  • Jogja bikin Saya Sadar “Kebobrokan” di Kampung Halaman hingga Punya Motivasi untuk Membangun Karier sebagai Psikolog
  • Coba-coba Naik Stairlift di Candi Borobudur, Bakal Jadi Fasilitas Permanen?
  • Indonesia-Prancis Teken Kerja Sama Perfilman di Candi Borobudur, Angin Segar Industri Sinema Tanah Air
  • Perjuangan Mahasiswa Baru Kuliah di UNY sampai Harus “Tinggal” di Terminal Giwangan dan Nyaris Ditangkap Polisi

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

OSZAR »