ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Harvest Moon Adalah Panduan Sempurna untuk Menyongsong New Normal

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
3 Juni 2020
A A
Harvest Moon Adalah Panduan Sempurna Menyongsong New Normal Ngobrol sama Sakura Haruno, Dokter Konoha yang Sukses Memerangi Pandemi Corona
Share on FacebookShare on Twitter

Entah hanya sekadar retorika belaka atau bagaimana, negara ini akhirnya berani menyebut terma “normal” dalam embel-embel ketetapannya. Padahal, hal “gila” kadangkala presentasenya lebih banyak ketimbang hal yang normal. Apa pun lapisannya, bagi mereka yang di-PHK selama pandemi ini atau mereka yang sibuk membuat peraturan yang menguntungkan bagi segelintir pihak.

Lihat saja bagaimana Agnes Monica berani jujur bahwa negara ini cinta ini kadang-kadang tak ada logika. Ya, walau ada dua kemungkinan, yakni tidak logis atau gila sama sekali. Kemudian ada contoh lain, yakni para petinggi kita dengan semboyannya: kerja, kerja, dan kerja. Bisa dibayangkan betapa gilanya mereka akan kerja karena menyebut kata “kerja” sampai tiga kali. Luar biasa.

Belum lagi guyonan para petinggi yang lebih gelap ketimbang dark komedi itu sendiri. Lihat saja, ketika pemerintah Vietnam pada Januari langsung menyatakan “perang” kepada pandemi corona, di satu sisi para pejabat di negeri ini malah ngguyoni si pandemi. Bahkan ada yang bilang, corona nggak bakal bisa masuk Indonesia karena proses masuk negara ini ribet. Betapa gilanya.

Dan patut disyukuri, akhirnya terma “normal” ini digunakan. Justru tambah ndakik lantaran menggunakan embel-embel “new” yang tersemat di depannya. Barangkali para petinggi belum berkenalan dengan kata “post” atau “neo” yang lebih uwu ketimbang new. Heran ya, kenapa masalah kata saja saya bikin ribet? Lho, saya kan sedang menggunakan pola penalaran ala pihak atas. Retorika numero uno, Buos!

Vietnam yang sukses dengan perlawanan terhadap corona saja enggan menyatakan ‘berdamai’ ketika bersih seratus persen dan tidak ada positif corona di negaranya. Negara yang mengusung komunisme itu ora sudi lantaran corona itu semakin dibaikin, maka semakin ndablek. Ya, macam mas-mas konspirasi itu. Makin diberi panggung, makin luar biasa pemikirannya.

Sedangkan negara ini, yang pasien positifnya sudah mencapai angka dua puluh ribu, diperintahkan untuk ‘berdamai’ dengan pandemi ini. Iya, berdamai. Padahal, aspek melandai kurva dalam hal pasien positif saja belum terlihat sama sekali. Seolah, arti dari berdamai itu kita dipaksa untuk ‘berdampingan’ dengan pandemi ini. Upgrade dari normal saya melihat condong kearah “gila”.

Singkatnya new normal adalah pembaharuan dari PSBB dan PSBB adalah pelaziman dari lockdown yang tidak ditetapkan pemerintah lantaran bisa memutus denyut perekonomian negara. New Normal lebih “santai” dari PSBB, yakni mengizinkan aktivitas ekonomi terutama perkantoran dengan protokol kesehatan yang ditetapkan.

Sulit dibayangkan memang pola penalaran dari pemerintah. PSBB yang agak ketat saja masih banyak orang gila yang berkeliaran di pusat perbelanjaan, berkumpul di gerai makanan cepat saji yang baru saja ditutup, dan produk orang-orang membangkang macam Indira Kalistha, apa lagi dengan keadaan yang disebut dengan new normal ini.

Agak menggelikan memang menyebut new normal dalam keadaan kritis seperti ini. Rasanya masyarakat kita seperti tokoh utama dalam gim Harvest Moon: Back to Nature yang dikirim ke sebuah pertanian kumuh dan disuruh untuk mengatur segala perekonomian desa di dalamnya. Padahal, si tokoh dalam gim Harvest Moon ini tidak memiliki basis pertanian dan ekonomi sama sekali. Sedangkan wali kota, hanya blusukan nggak jelas di dalam desa dengan menggunakan jas rapinya.

Atau malah sebaliknya, masyarakat dipaksa untuk mengambil hikmah menjadi tokoh gim Harvest Moon ini? Setelah melakukan kontemplasi selama beberapa jam, akhirnya saya bisa mengambil hikmah tersebut. Dan benar, menjadi tokoh utama gim Harvest Moon: Back to Nature (sebut saja Budi) adalah kunci dari penerapan new normal itu sendiri.

Satu: Kembali ke Rutinitas

Setelah dipikir ribuan kali, mungkin maksud pemerintah adalah menyuruh kita untuk “kembali ke rutinitas”. Bedanya, jika si Budi dikirim ke rutinitas yang menyenangkan di mana gunung dan sungai saling menyapa, sapi dan kebo saling menyahut, maka kita juga kembali ke rutinitas, tapi rutinitas yang menegangkan.

Kerja ke kantor bukan hanya pergi dengan menggunakan pintu ajaib yang langsung sampai lokasi dan duduk manis ngetik di depan monitor. Namun sebagian orang harus berjubel di dalam KRL, bus kota atau bersandingan dalam taksi dan ojek via daring yang entah bagaimana kondisi kesehatannya. Jika new normal Budi santai bertani, maka new normal kami harus berani ambil risiko melawan pandemi.

Dua: Meningkatkan Taraf Ekonomi

New normal bagi Budi adalah kondisi baru dirinya di Mineral Town. Di mana ia harus membangun ulang kembali peternakan, pertanian, sosialisasi dengan para tetangga, menghidupkan perekonomian desa hingga mencari jodoh. Begitu juga dengan new normal di negara ini, ia secara tak langsung menyuruh masyarakat agar tidak berdiam diri di rumah saja. Syukur-syukur dapat jodoh di rumah sakit. Eh.

Gim Harvest Moon ini menuntut kita untuk membangun kestabilan pangan dan ekonomi bagi pribadi agar kuat. Mulai sosialisasi dengan warga agar dapat kuda, ikut lomba-lomba di desa untuk dapat uang dan power berry yang bisa meningkatkan stamina. Apalagi, Budi harus berjuang mengumpulkan bekal untuk menyambut musim dingin. Jika di tahun kedua dan sudah punya istri, maka tujuannya menjaga kestabilan ekonomi bagi keluarga Budi.

New normal di negara ini pun barangkali memiliki maksud yang sama dengan keadaan Budi di Mineral Town. Yakni kerja, kerja dan kerja agar perekonomian negara tetap terjaga, eh, maksudnya perekonomian keluarga tetap terjamin di tengah pandemi.

Jika Vietnam warganya diberikan subsidi sehingga nggak ada istilah-istilah normal normalan, maka di negara kita yang bukan Vietnam ini jelas harus mengadaptasi daya juang Budi di Mineral Town. Yakni kerja, kerja, dan kerja. Ketimbang mengharapkan subsidi, mending bekerja seperti Budi Binomo.

Tiga: Mencontoh Thomas si Wali Kota Mineral Town

Seriusan, lebih baik pemerintah mencontoh walikota yang menggemaskan satu ini. ia tidak pernah menjamin Budi akan nyaman selama menjalankan new normal di Mineral Town. Ia bahkan tidak menjanjikan apa-apa. Budi malah lebih berpangku tangan kepada Harvest Goddess dan para kurcacinya.

Intinya, luweh ya luweh sekalian, utarakan saja. Ketimbang sok peduli tapi aturan-aturannya nggak ada yang tegas blas. Mending cosplay jadi Thomas saja, blusukan ke daerah-daerah Mineral Town, pakai jas tapi ada atau tidak adanya dia sama sekali nggak berpengaruh bagi Budi. Tapi saya yakin pemerintah kita nggak seperti Thomas, kan? Buktinya, 3 bulan PSBB sudah banyak perubahan dan kemajuan yang terjadi dalam melawan pandemi ini. Ehe.

Jika gim Harvest Moon ini berkelumit dengan simulasi bertahan hidup dengan cara bertani dan bertenak, maka new normal juga sama. Namun, yang sama hanya simulasinya saja lantaran kita musti simulasi bertahan hidup dari virus, penyakit dan pandemi. Tujuan utamanya, jika Budi membuat peternakan kakeknya kembali maju dan membangun keluarga sakinah mawaddah warahmah, maka new normal juga sama. Yakni membangun kestabilan perekonomian bagi para petinggi nun jauh di sana.

BACA JUGA Mengenal Realita Kehidupan Bareng Harvest Moon: Back To Nature dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Juni 2020 oleh

Tags: Harvest Moonnew normalpandemi
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Saya Lulus Kuliah Lama Gara-gara Kecewa dengan Sosok Si Doel terminal mojok.co

Kuliah Itu Tanggung Jawabmu, Bukan Temanmu!

8 November 2020
Terima Kasih Pemerintah Telah Melahirkan Konspirator seperti JRX terminal mojok.co

Terima Kasih Pemerintah Telah Melahirkan Konspirator seperti JRX

14 Juli 2021
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois

17 Mei 2020
panduan new normal

Apa yang “New” dari Kitab “Panduan New Normal” yang Dikeluarkan Badan POM?

27 Mei 2020
Mengenang Majalah Game, Barang yang Wajib Gamers Miliki pada Masanya terminal mojok.co

Mengenang Majalah Game, Barang yang Wajib Gamers Miliki pada Masanya

16 Mei 2021
Survei bahwa Orang Tua Setuju Sekolah Tatap Muka Hasilnya Tinggi, kok Bisa? terminal mojok.co

Survei bahwa Orang Tua Setuju Sekolah Tatap Muka Hasilnya Tinggi, kok Bisa?

5 April 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
4 Spare Part Motor yang Sering Hilang saat Sedang di Parkiran Sing Numpak Motor i Ngopo, Toh? Wis Ngerti Udan Kok Ora Mantolan?

4 Spare Part Motor yang Sering Hilang Saat Sedang di Parkiran

Cara Memilih Medsos buat Olshop yang Pengin Ngadain Giveaway giveaway menang cara tips Pengalaman Menang Giveaway dan Tips untuk Memenangkannya

Cara Memilih Medsos buat Olshop yang Pengin Ngadain Giveaway

3 Pertanyaan Basa-basi Busuk yang Seharusnya Nggak Perlu Ada di Talkshow terminal mojok.co

Ini Talkshow dan Akhir Titi Mangsa Tayangan Komedi

Terpopuler Sepekan

Rental PS Harus Ada di Setiap Mal biar para Cowok Nggak Cuma Jadi Tukang Jaga Tas

Rental PS Harus Ada di Setiap Mal biar para Cowok Nggak Cuma Jadi Tukang Jaga Tas

24 Juni 2025
Nasib Pilu Pekerja Serabutan, Bisa Kerja 12 Jam Sehari Tanpa Jaminan Layak, tapi Tetap Dicap Malas oleh Masyarakat Mojok.co

Nasib Pilu Pekerja Serabutan, Bisa Kerja 12 Jam Sehari Tanpa Jaminan Layak, tapi Tetap Dicap Malas oleh Masyarakat

26 Juni 2025
Shopee dan Kebijakan Absurd-nya: Niatnya Membantu, tapi Malah Bikin Penjual Menggerutu

Seller Shopee Mulai Frustrasi dengan Tekanan Biaya Admin yang Mencekik, tapi Tak Bisa Pergi Begitu Saja

26 Juni 2025
Jadi Affiliator TikTok Nyesek, Kelihatan Santai dan Cuan padahal Komisinya Gaib

Jadi Affiliator TikTok Nyesek, Kelihatan Santai dan Cuan padahal Komisinya Gaib

21 Juni 2025
5 Kuliner khas Garut selain Dodol yang Layak Dikenal Masyarakat

5 Kuliner khas Garut selain Dodol yang Layak Dikenal Masyarakat

20 Juni 2025
Terpaksa Naik Lamborghini di Kawah Ijen: Meski Mahal Jadi Pengalaman Tak Terlupakan

Terpaksa Naik Lamborghini di Kawah Ijen: Meski Mahal Jadi Pengalaman Tak Terlupakan

26 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Bandara YIA Kulon Progo Ternyata Bukan Solusi Bijak karena Banyak Orang Jogja Tidak Bahagia. Apakah Kini Saatnya Membangun Bandara Baru?
  • Kasta Merek Koyo, Salonpas Kemasan Putih Tetap Paling Juara
  • Demi Turuti Anak Jadi Sarjana Orangtua Rela Hidup dalam Pura-pura, Pura-pura Sanggup Bayar UKT dan Sembunyikan Banyak Kepedihan
  • Orang Masih Bertahan di Jogja Tak Melulu karena Nyaman, tapi Bisa Jadi karena Nggak Punya Pilihan Lagi
  • Pengendara Motor Plat K: Pekerja Keras yang Temukan Jalan Pulang dan Pelajaran Berharga dari Rusaknya Jalanan
  • Biasa Titip Motor di Penitipan Terminal, Sekali Inapkan Motor di Parkiran Stasiun Langsung Nyesel Berhari-hari karena Tarif Inap

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

OSZAR »