ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Orang Tegal Sering Dianggap Ndeso dan Diolok-olok Logatnya, tapi Saya Tetap Bangga

Dyan Arfiana Ayu Puspita oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
17 Mei 2025
A A
Orang Tegal Sering Dianggap Ndeso dan Diolok-olok Logatnya, tapi Saya Tetap Bangga Mojok.co

Orang Tegal Sering Dianggap Ndeso dan Diolok-olok Logatnya, tapi Saya Tetap Bangga (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pertanyaan basa-basi “asalnya dari mana?” sering dilontarkan saat berkenalan dengan orang baru. Sebagai orang yang lahir dan besar di Tegal, Jawa Tengah, pertanyaan itu membuat agak cemas. Sebab, saya menyadari, nama Tegal tidak sebesar dan sekeren Bandung, Jakarta, Jogja, atau Surabaya. 

Saya tahu betul, pertanyaan itu tidak hanya bisa dijawab “Tegal”. Itu mengapa saya kerap kali menyisipkan penjelasan tambahan ke penanya seperti “Tegal yang warteg itu” atau “Tegal, jalur pantura Jawa Tengah, deket Jawa Barat.” Dengan begitu, orang-orang bisa relate dan obrolan jadi lebih nyaman. 

Persoalannya, tidak sedikit orang justru mengaitkan Tegal dengan hal-hal yang berbau ndeso hingga logat ngapak yang aneh. Saya tidak bisa menyalahkan mereka karena memang begitulah Kota Bahari selama ini dipandang oleh orang luar. Itu tidak lepas dari kurangnya representasi positif Tegal di media atau di mata nasional. 

Akan tetapi, sebagai wong Tegal asli, saya tetap bangga dan tidak menyesal menjadi bagian dari Kota Bahari ini. Sebab, di balik anggapan sebelah mata banyak orang, saya tahu tanah kelahiran saya menyimpan banyak sisi positif yang sulit tergantikan. 

Daftar Isi

  • Tegal itu kota palugada 
  • Ngapak terdengar norak dan kasar, padahal …
  • Daerah yang punya banyak masalah, tapi tetap berat meninggalkan daerah ini

Tegal itu kota palugada 

Rasa bangga terhadap Tegal bukan tanpa alasan. Di mata saya, tanah kelahiran saya ini palugada alias apa lu mau gua ada. Dengan kata lain, semuanya ada. Kalian ingin membeli makanan murah meriah di bawah Rp5.000? Ada nasi bungkus (Rp3.000) dan bubur beras (Rp2.000). Mencari harga hunian yang ramah di kantong? Ada kontrakan nyaman yang masih bisa disewa dengan duit Rp300.000 sebulan. Dari segi pendidikan, khususnya untuk perguruan tinggi, Tegal punya Universitas Pancasakti, Universitas Bhamada, Politeknik Harapan Bersama, dan masih banyak lagi.  

Pilihan destinasi di kota ini tidak kalah beragam. Kalian butuh vitamin sea alias birunya laut? Ada Pantai Alam Indah, Pantai Pulau Kodok, Pantai Purwahamba Indah, dan masih banyak lagi. Penguin wisata yang adem ala-ala puncak? Tinggal naik ke da Guci. Selain menikmati hawa yang sejuk, di Guci kalian juga bisa berendam air panas alami Mau nonton bioskop, main biliar, karaokean atau nongkrong di kafe kekinian? Banyak pilihannya. Lengkap bukan? 

Menariknya, meski semua fasilitas itu bisa kamu dapatkan di Tegal, jalanan Tegal jauh dari kata macet. Tegal baru macet di saat libur hari raya karena perantau yang pulang kampung, ditambah warga dari daerah lain yang singgah untuk mampir. Sisanya? Jalanan lengang dan nyaman.

Singkatnya, Tegal punya yang semua orang mau. Mulai dari akses pendidikan hingga jalanan yang bebas hambatan. Itu mengapa saya bangga dengan tanah kelahiran saya ini. 

Ngapak terdengar norak dan kasar, padahal …

Ada istilah “ora Ngapak ora kepenak” yang menggambarkan orang Tegal sebenarnya lebih nyaman menggunakan logat ngapak dalam berbagai kesempatan. Sayangnya, oleh orang luar, logat ini kerap dikaitkan dengan ndeso, norak, dan kasar. Itu mengapa, tidak sedikit orang Tegal yang terpaksa menyembunyikan logat mereka ketika berjumpa orang baru atau merantau ke suatu daerah. 

Saya jadi ingat cerita kawan saya saat pertama kali merantau ke Bandung untuk kuliah. Begitu teman-teman kuliahnya tahu kawan saya ini orang Tegal, dia langsung dipaksa ngomong dengan logat Tegal. Dan yah, begitu ngapaknya keluar, dia malah jadi bahan olok-olokan.

Walau sudah disembunyikan sedemikian rupa, saya berani jamin logat ini bakal keluar dengan sendirinya ketika berjumpa sesama orang Tegal. Sebab, seperti yang dibilang tadi, ora ngapak ora kepenak. Kalau kalian pernah lihat orang Tegal asli sedang ngobrol, kalian pasti syok sendiri. Suara mereka kencang dan tak jarang kata-kata kasar seperti, “asu”, “raimu”, “bajingan”, “kunyuk” juga ikut diucapkan.

Apakah itu berarti mereka kasar? Tidak juga. Bicara cepat, keras, dan apa adanya adalah cara wong Tegal bertahan hidup. Mereka tidak perlu harus sok-sokan halus di tengah hidup yang memang keras ini. Cukup jadi diri sendiri saja. Nggak suka ya bilang nggak suka, tanpa harus pura-pura. Termasuk penggunaan kata-kata kasar, seperti asu dan teman-temannya. Itu juga cara wong Tegal menikmati hidup. Bersama secangkir kopi hitam dan rokok di selipan jari, mereka menertawakan keadaan. Tumbuh di tengah logat yang “keras” ini pula yang akhirnya membuat orang Tegal tahan banting saat di perantauan.

Daerah yang punya banyak masalah, tapi tetap berat meninggalkan daerah ini

Tegal, seperti kebanyakan kota kecil lain di Indonesia, punya masalah khas yang entah kenapa nggak selesai-selesai. Salah satu yang paling kentara jalan kabupaten yang rusak. Sepatu saya pernah menjadi korban bobroknya jalanan kabupaten yang berlubang dan penuh lumpur selepas hujan deras. 

Ada juga cerita tentang walikota dan wakilnya terdahulu yang nggak akur, yang pak walinya viral gara-gara joget bareng biduanlah, dan sederet kontroversi lainnya. Soal pengamen di tiap lampu merah dan tukang parkir liar juga tak luput dari daftar masalah yang ada di Kota Bahari. Meskipun, saya yakin parkir liar di Tegal ini tidak separah Purwokerto.

Akan tetapi, anehnya, semua masalah itu tidak lantas membuat saya ingin pergi dari Tegal. Mau seburuk apapun, kalau semesta ngasih opsi untuk reborn, saya bakal tetep pilih Tegal sebagai tempat lahir dan menghabiskan usia.   

Saya tahu banyak orang pengin keluar dari kota ini dan pindah ke ibu kota untuk mencari kerja yang gajinya bisa buat beli Starbucks tiap hari. Tapi saya? Cukuplah di Tegal saja. Karena di kota kecil ini, saya belajar bahwa jadi manusia bukan soal seberapa besar mimpi yang kita punya, tapi seberapa kuat kaki kita berdiri di tanah yang membesarkan kita.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Tugu Biawak Wonosobo Bikin Orang Nganjuk Iri dan Teringat Luka Lama

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Mei 2025 oleh

Tags: kota tegalngapaktegalwong tegal
Dyan Arfiana Ayu Puspita

Dyan Arfiana Ayu Puspita

Seorang istri, ibu dan guru di SMK Swasta yang suka nggak bisa tidur kalau tiba-tiba ada hasrat menulis

ArtikelTerkait

Jalur Pantura Tegal Meresahkan Pengendara karena Punya Segudang Masalah

Jalur Pantura Tegal Meresahkan Pengendara karena Punya Segudang Masalah

8 Maret 2024
Heh! Ketua DPRD DKI Jakarta, Tegal Itu Tanah Revolusi! (Unsplash)

Nggak Sepantasnya Ketua DPRD DKI Jakarta Meremehkan Tegal. Tegal Itu Tanah Revolusi!

21 Agustus 2023
4 Keunikan Solo di Mata Orang Tegal, selain Pernah Dipimpin Gibran  Mojok.co

Keunikan Solo di Mata Orang Tegal selain Pernah Dipimpin Gibran 

17 Februari 2024
Sauto dan Lengko, Kuliner yang Jadi Sengketa Antara Tegal dan Daerah Tetangga

Sauto dan Lengko, Kuliner yang Jadi Sengketa Antara Tegal dan Daerah Tetangga

17 Februari 2023
Tegal Nggak Melulu Soal Sate Kambing Balibul, Ada Sate Jamur yang Tak Kalah Wajib Dicicipi

Tegal Nggak Melulu Soal Sate Kambing Balibul, Ada Sate Jamur yang Tak Kalah Wajib Dicicipi

27 Februari 2025
Teh dan Camilan Olahan Tahu Slawi Tegal, Layak Dikenal Lebih Banyak Orang seperti Warteg Mojok.co

Teh dan Camilan Olahan Tahu Slawi Tegal, Layak Dikenal Lebih Banyak Orang seperti Warteg

5 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Sisi Terang Jogja di Mata Orang Bandung (unsplash)

Sebagai Orang Bandung, Saya Bersyukur Bisa Merantau dan Kuliah ke Jogja

Kebumen Bukan Sebatas Tempat Singgah di Antara Jogja & Purwokerto (Pexels)

Kebumen Layak Jadi Ibu Kota Provinsi, asalkan Memperbaiki Beberapa Hal yang Bikin Kebumen Tercoreng Citranya

3 Rekomendasi Kopi Nescafe Outlet yang Rasanya Juara dan Nggak Bikin Kantong Sengsara Mojok.co

3 Rekomendasi Kopi Nescafe Outlet yang Rasanya Juara dan Nggak Bikin Kantong Sengsara

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Kawasan Bukit Patuk Gunungkidul: Jalur yang Memanjakan Mata sekaligus Sumber Derita Para Pengendara imogiri alun-alun gunungkidul

Membayangkan Wajah Alun-Alun Gunungkidul Tanpa PKL: Cuma Bakal Jadi “Kuburan” di Tengah Kota

15 Mei 2025
Kisah Mahasiswa Nasakom Menyelamatkan Nasib Saya (Unsplash)

Jangan Remehkan Mahasiswa Nasakom (Nasib Satu Koma): Mereka Menyelamatkan Saya dari Kehidupan Kampus yang Monoton

16 Mei 2025
Blora Bukan Tempat Tinggal yang Tepat untuk 4 Orang Ini

Blora Bukan Tempat Tinggal yang Tepat untuk 4 Orang Ini

12 Mei 2025
10 Rekomendasi Lagu Karaoke yang Bikin Suasana Pecah dan Suara Fals Termaafkan

10 Rekomendasi Lagu Karaoke yang Bikin Suasana Pecah dan Suara Fals Termaafkan

11 Mei 2025
Pengalaman Pulang ke Bekasi dari Muntilan Magelang dengan Bus Ramayana yang Berujung Penyesalan

Pengalaman Pulang ke Bekasi dari Muntilan Magelang dengan Bus Ramayana yang Berujung Penyesalan

17 Mei 2025
"Alun-Alun Tutup” Adalah Dua Kata Lucu yang Kini Terjadi di Alun-Alun Depok Mojok.co

“Alun-Alun Tutup” Adalah Dua Kata Lucu yang Kini Terjadi di Alun-Alun Depok

14 Mei 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=Zbmdu5T4vVo

DARI MOJOK

  • Sisi Suram Kos Pasutri Jogja, Tetangga Tak Tahu Batasan hingga Jadi Kedok “Hubungan Terlarang”
  • Puluhan Tahun Tinggal di Jagakarsa, Berdamai dengan Hal-hal Menyebalkan di Balik Label “Daerah Ternyaman” Se-Jakarta Selatan
  • Ribuan Warga Kecamatan Kandangan Dibiarkan Menderita Selama 10 Tahun Lebih oleh Temanggung
  • Sulitnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Disuruh Servis Laptop hingga Dituduh Hacker
  • Sulitnya Pegawai Pinjol Menjelaskan ke Orang Tua soal Pekerjaannya: Ngaku Kerja di Bank hingga Jadi Sasaran Pinjam Uang Tetangga
  • Fantasi Menjijikkan 40.000 Ribu Orang di Grup Facebook Fantasi Sedarah, Rumah Sendiri Terasa Makin Tak Aman

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

OSZAR »