Punya hunian di perumahan mungkin jadi impian banyak orang. Di benak kebanyakan orang, hunian di perumahan itu ideal karena tenang dan aman. Realitanya tidak demikian. Apalagi, jika kediaman yang ditempati berlokasi di antara bangunan rumah yang bertransformasi menjadi kos putri.
Saat ini, orang membeli properti tak hanya untuk ditempati sendiri. Banyak dari mereka yang menjadikan rumah sebagai aliran pendapatan pasif, seperti penyewaan kamar untuk kos. Sialnya, tinggal berdekatan dengan rumah-rumah yang bertransformasi jadi kos-kosan, khususnya kosan putri itu ternyata nggak menyenangkan. Banyak sisi pahit yang tidak disadari kebanyakan orang.
Sering terpapar pemandangan yang kurang nyaman di mata
Salah satu hal yang sepele, tapi cukup mengganggu adalah sering melihat pemandangan yang kurang enak dilihat. Nyaris setiap hari, entah disengaja atau tidak, kedua mata ini kudu siap menangkap berbagai adegan yang seharusnya bersifat privat. Misalnya, pintu kamar kos yang kerap terbuka lebar menghadap langsung ke jalan, memperlihatkan kondisi kamar yang berantakan.
Di lain hari, orang yang lewat bisa mengetahui keberadaan tamu lawan jenis di dalamnya. Hal ini sering terjadi karena sebagian besar kos putri berada di area perumahan yang lahannya terbatas, sehingga tidak ada ruang tamu yang memadai. Dampaknya, kamar tidur menjadi satu-satunya tempat untuk menerima kunjungan. Tentu, pintu kamar harus tetap terbuka demi alasan menghindari zina, meski membuat sebagian orang sakit kepala melihatnya.
Belum lagi, suguhan jemuran pakaian dalam yang digantung sembarangan di luar kamar dan mudah terlihat dari jalan, tak dapat diabaikan. Rentetan pemandangan demikian menambah daftar hal-hal yang membuat lingkungan sekitar terasa kurang tertata. Kondisi ini, secara perlahan, berpeluang mengikis rasa nyaman bagi warga setempat yang tinggal di sana.
Baca halaman selanjutnya: Penghuni …