Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Kereta Api Sancaka Utara, Kereta Penolong Warga Pantura untuk Menjangkau Daerah Selatan

Muhammad Luthfi Lazuardi oleh Muhammad Luthfi Lazuardi
5 Februari 2025
A A
Kereta Api Sancaka Utara, Kereta Penolong Warga Pantura untuk Menjangkau Daerah Selatan

Kereta Api Sancaka Utara, Kereta Penolong Warga Pantura untuk Menjangkau Daerah Selatan

Share on FacebookShare on Twitter

Kereta Api Sancaka Utara akhirnya kembali, dan warga pantura tak lagi kebingungan untuk menjelajah kota-kota di selatan

Pemberlakuan Gapeka 2025 mulai 1 Februari 2025 ditandai dengan transformasi skala besar pada layanan kereta api di seluruh Indonesia. Ada yang rute perjalanannya berubah, kelasnya berganti, sampai kemunculan kereta-kereta baru yang meramaikan jagad perkeretaapian tanah air. Selain itu, ada juga kereta api yang dibangunkan dari tidur oleh KAI untuk kembali mengeksplor rute yang unik.

Kereta api itu adalah Sancaka Utara yang comeback setelah 5 tahun dibekukan akibat pandemi. Bangkitnya Kereta Api Sancaka Utara tidak hanya jadi pelengkap jadwal semata. Ini adalah angkutan darat yang sudah lama dinantikan oleh warga pantura untuk bepergian ke daerah-daerah di selatan Jawa.

Daftar Isi

  • Berlari kembali setelah vakum 5 tahun
  • Kembali ke peradaban
  • Melewati jalur yang sempat mati suri
  • Singgah di stasiun yang jarang diketahui
  • Sancaka Utara juga menjelajah Gemolong
  • Sancaka Utara, penolong warga pantura untuk menjangkau daerah selatan
  • Sancaka Utara, penolong warga utara yang ingin liburan ke selatan

Berlari kembali setelah vakum 5 tahun

Sancaka Utara bukan tergolong pendatang baru di jajaran kereta api. Bila kita mundur ke lini masa tanggal 1 Desember 2019, saat itulah kali pertama kereta ini diluncurkan. Ramai sambutan positif ditujukan karena melayani rute yang menarik dan baru diciptakan, Surabaya Pasar Turi-Kutoarjo PP. Sancaka Utara bergerak dari utara Jatim kemudian berbelok ke lintas tengah Jawa dan berakhir di jalur selatan.

Berdasarkan jadwal yang rilis 2019 lalu, Kereta Api Sancaka Utara bertolak pukul 07.00 WIB dari Surabaya dan tiba di Kutoarjo pukul 14.07 WIB, sementara dari arah Kutoarjo berangkat pukul 17.15 WIB dan sampai di Surabaya dini hari pukul 00.35 WIB. Estimasi waktu tempuhnya sekitar 7 jam untuk perjalanan Surabaya-Kutoarjo dan sebaliknya. Sancaka Utara berhenti di 6 stasiun termasuk 2 stasiun besar langganan sobat traveler yaitu Solo Balapan dan Yogyakarta.

Kereta api ini terpaksa dihentikan pada 31 Maret 2020 meski belum lama beroperasi. Pagebluk COVID-19 jadi biang keroknya sehingga pemerintah menerapkan kebijakan lockdown yang menyebabkan seluruh perjalanan kereta api dibatalkan demi mencegah penularan virus. Direksi KAI saat itu belum bisa memastikan sampai kapan Sancaka Utara vakum.

Sempat beredar isu akan dihapus, hilal akhirnya terlihat di penghujung 2024 lalu. Survei online buatan KAI untuk menilai tingkat antusiasme terhadap kemungkinan kembalinya Sancaka Utara direspons baik oleh masyarakat. Mayoritas responden meminta agar Kereta Api Sancaka Utara dimasukkan dalam agenda Gapeka 2025. Aspirasi tersebut ternyata benar-benar didengar oleh kantor pusat di Bandung.

Kembali ke peradaban

Sancaka Utara kembali lagi ke peradaban dengan rute anyar hasil perpanjangan. Pemberhentian terakhirnya tidak lagi di Kutoarjo, melainkan pindah ke Cilacap. Perubahan tersebut membuat Sancaka Utara harus berlari sejauh 502 km melintasi 20 stasiun masih termasuk Solo Balapan dan Yogyakarta. Dengan jumlah stasiun pemberhentian yang bertambah, otomatis estimasi waktu tempuhnya juga bertambah menjadi sekitar 9 jam untuk perjalanan Surabaya-Cilacap dan sebaliknya.

Sancaka Utara mangkat dari Surabaya pukul 07.00 WIB dan tiba di Cilacap pukul 15.58 WIB, sementara dari Cilacap berjalan pukul 17.10 WIB dan berhenti di Surabaya esok hari pukul 02.58 WIB. Formasi rangkaian versi 2025 masih sama dengan versi 2019, yaitu gabungan gerbong eksekutif mild steel dan bisnis. Tetap dipakainya gerbong bisnis seolah memberi isyarat kalau layanan kereta kelas dua masih bisa eksis mengabdi walaupun unitnya semakin langka.

Melewati jalur yang sempat mati suri

Sebelum dilalui Sancaka Utara pada 2019, jalur ini sempat mati suri dan hilang dari peta sejak 2010. Jalur Gambringan-Gundih terakhir kali melayani perjalanan kereta api ketel BBM dari Kilang Minyak Cepu menuju Rewulu. Jalur ini mendadak sepi dari lalu lalang setelah Pertamina menyetop operasional kereta api tersebut.

Keberadaan jalur Gambringan-Gundih dapat dilacak sejak zaman kolonial. Pemrakarsanya adalah Nederlandsch Indische Spoorweg Maatchappij (NIS) sebagai bagian dari proyek jalur yang menghubungkan Stasiun Surabaya NIS (Surabaya Pasar Turi) dengan Semarang Tawang. Pembangunannya dimulai secara bertahap antara 1900-1903 setelah NIS memperoleh konsesi pada 1896.

Petak Gambringan-Gundih yang dibuka pada 1903 dengan panjang 10 km awalnya berfungsi sebagai satu-satunya jalur dari Surabaya menuju Semarang. Penumpang harus turun dan berganti kereta api di Stasiun Gundih untuk melanjutkan perjalanan sebelum 1924. Hal itu disebabkan karena perbedaan lebar rel yang dipakai, yaitu 1.067 mm (Surabaya-Gundih) dan 1.435 mm (Gundih-Semarang).

Status jalur Gambringan-Gundih sekarang ditetapkan sebagai semiaktif. Kereta api akan lewat sini apabila ada insiden darurat seperti kecelakaan atau bencana alam di lintas utama Surabaya-Semarang. Seperti yang terjadi belum lama ini ketika banjir besar luapan Sungai Tuntang mengakibatkan rel di petak Gubug-Karangjati terputus berhari-hari. Alhasil, beberapa kereta api seperti Harina, Sembrani, hingga Argo Bromo Anggrek terpaksa diungsikan lewat jalur Gambringan-Gundih.

Kini hanya Sancaka Utara saja yang rutin melewati jalur ini 2 kali sehari pasca penerapan Gapeka 2025. Meski begitu, masinis dilarang menggeber keretanya di atas ambang batas kecepatan 40 km/jam karena kondisi rel dan bantalannya tidak sebaik di lintas utama. Perbaikan prasarana sedang diusahakan oleh KAI agar perjalanan di jalur ini jadi lebih cepat dan nyaman, khususnya untuk Sancaka Utara.

Singgah di stasiun yang jarang diketahui

Ini pengalaman lain yang didapatkan kalau naik Sancaka Utara, yaitu singgah di stasiun yang jarang diketahui. Pasti masih banyak orang yang belum tahu tentang keberadaan 4 stasiun ini. Sebetulnya wajar karena keempatnya memang bukan langganan pemberhentian kereta api. Kebanyakan kereta api hanya numpang lewat saja di sini sambil membunyikan klakson dari lokomotif.

Stasiun yang pertama adalah Kradenan. Masuk dalam kategori kelas II, stasiun ini dulunya punya percabangan menuju eks Stasiun Wirosari milik maskapai Semarang-Joana Stoomtraam Maatschappij (SJS). Bangunan yang ada saat ini adalah bangunan baru yang dipakai sejak 2014 menggantikan bangunan lama. Selain Sancaka Utara, kereta api yang berhenti di Stasiun Kradenan setiap hari adalah Ambarawa Ekspress (Surabaya Pasar Turi-Semarang Poncol) dan Blora Jaya (Cepu-Semarang Poncol).

Berikutnya Stasiun Gambringan yang juga tergolong stasiun kelas II. Sudah berdiri sejak 1903, stasiun di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan ini sebelumnya hanya bertugas untuk mengawasi persusulan antarkereta. Sancaka Utara adalah satu-satunya kereta api yang berhenti reguler di Gambringan mulai 2025. Dari stasiun ini terdapat percabangan single track menuju Stasiun Solo Balapan di selatan.

Sancaka Utara juga menjelajah Gemolong

Masih di wilayah Grobogan terdapat stasiun dengan langgam arsitektur Chalet khas Eropa yang cantik dipandang mata. Stasiun Gundih jadi saksi bisu pembangunan jalur Kedungjati-Gundih sebagai kelanjutan dari jalur Semarang-Tanggung. Dibuka pada 10 Februari 1870 stasiun ini terletak di zona strategis pertemuan jalur dari Semarang, Gambringan, dan Solo.

Menyandang status stasiun kelas I membuat aktivitas naik-turun penumpang di Gundih cukup intens. Kereta api Brantas (Blitar-Pasarsenen), Matarmaja (Malang-Pasarsenen), Joglosemarkerto (Semarang Tawang-Solo Balapan), dan Banyubiru (Semarang Tawang-Solo Balapan) sudah lebih dulu singgah di Gundih sebelum Sancaka Utara.

Terakhir ada stasiun kecil atau kelas III bernama Salem. Lokasinya di Gemolong Kabupaten Sragen sehingga tidak jarang disebut Stasiun Gemolong. Keunikan dari Stasiun Salem terletak pada bangunannya yang masih otentik era NIS dari 1870. Meski kecil dan lebih mirip halte, Stasiun Salem kini juga melayani pemberangkatan kereta api Joglosemarkerto (Semarang Tawang-Solo Balapan), dan Banyubiru (Semarang Tawang-Solo Balapan).

Sancaka Utara, penolong warga pantura untuk menjangkau daerah selatan

Kembalinya Sancaka Utara adalah momen kebahagiaan bagi warga pantura khususnya Lamongan, Babat, Bojonegoro, dan Blora. Bagaimana tidak, vakumnya Sancaka Utara imbas pandemi membuat mereka kesulitan untuk menjangkau daerah selatan dengan kereta api. Pilihannya hanya dua, transit dulu di Surabaya dan Semarang atau pindah ke moda transportasi darat lain seperti bus antarkota dan mobil travel via Tol Trans Jawa.

Mengutip dari media online, banyak warga keempat daerah tersebut mengeluhkan ribetnya untuk sampai selatan. Beberapa di antaranya berstatus sebagai mahasiswa kampus yang ada di Solo dan Yogyakarta. Matinya Sancaka Utara membuat mereka kekurangan opsi transum untuk pulang kampung dari perantauan.

Seperti kisah seorang mahasiswi asal Blora yang berkuliah di Yogyakarta. Sebelum Kereta Api Sancaka Utara kembali, ia merasakan pengalaman pulang kampung yang tidak efektif secara waktu. Butuh waktu 8 jam perjalanan menggunakan mobil travel dari Yogyakarta menuju Cepu. Bila dibandingkan kereta api, waktunya bisa dipangkas menjadi 4-5 jam untuk rute yang sama.

Sancaka Utara, penolong warga utara yang ingin liburan ke selatan

Masalah lain datang saat musim liburan panjang tiba di mana permintaan dari warga pantura untuk plesir ke destinasi wisata terutama di Solo dan Yogyakarta melonjak. Situasi seperti ini sejatinya adalah ladang cuan bagi KAI. Namun karena tidak ada kereta yang langsung menuju selatan membuat perusahaan gagal menambah pundi keuntungan. Persoalan-persoalan di atas mendasari KAI untuk membangunkan lagi Sancaka Utara.

Beruntung warga pantura sudah bisa kembali menikmati layanan Kereta Api Sancaka Utara. Sepur yang selama ini dinantikan menjadi penolong di tengah keterbatasan pilihan transum menuju daerah selatan. Harapannya, Sancaka Utara dapat bertahan lama seperti saudara tuanya, Sancaka “Selatan” (Surabaya Gubeng-Yogyakarta) agar makin banyak warga pantura yang terbantu.

Penulis: Muhammad Luthfi Lazuardi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Joglosemarkerto, Kereta Loop yang Bikin Jogja Lebih Mudah Dijangkau Anak Pantura

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 Februari 2025 oleh

Tags: cilacapjoglosemarkertoKAIkereta api sancaka utarapanturaselatan
Muhammad Luthfi Lazuardi

Muhammad Luthfi Lazuardi

Eks mahasiswa dengan kesibukan part time wota dan full time fans emyu

ArtikelTerkait

Kecamatan Belik, Bukti Nyata Kabupaten Pemalang Bukan Hanya Jalur Pantura dan Hawa Panas

Kecamatan Belik, Bukti Nyata Kabupaten Pemalang Bukan Hanya Jalur Pantura dan Udara Panas

11 Juli 2023
Stasiun Plabuan Batang, Satu-Satunya Stasiun Kereta Api Aktif di Indonesia dengan Pemandangan Pinggir Pantai

Stasiun Plabuan Batang, Satu-Satunya Stasiun Kereta Api Aktif di Indonesia dengan Pemandangan Pinggir Pantai

16 April 2024
Terminal Bahurekso Kendal, Hidup Segan Mati Tak Mau

Terminal Bahurekso Kendal, Hidup Segan Mati Tak Mau

5 Mei 2023
Kebumen Bukan Sebatas Tempat Singgah di Antara Jogja & Purwokerto (Pexels)

Kebumen Bukan Sebatas Tempat Singgah di Antara Jogja dan Purwokerto

17 Februari 2025
Jalan Kudus-Demak buat Pengendara yang Bernyali Besar

Jalan Kudus-Demak buat Pengendara Bernyali Besar

7 Juni 2023
Tragedi di Balik Indahnya Wisata Pantai Pangandaran (Unsplash.com)

Tragedi di Balik Indahnya Wisata Pantai Pangandaran

20 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Warga Paiton Probolinggo Merana, Punya PLTU tapi Listrik Mati Melulu

Warga Paiton Probolinggo Merana, Punya PLTU tapi Listrik Mati Melulu

Ikut Bimbel buat Membantu Lulus Ujian Nasional Itu Efektif Banget, kok, Asalkan Cuma Itu Tujuannya

Ikut Bimbel buat Membantu Lulus Ujian Nasional Itu Efektif Banget, kok, Asalkan Cuma Itu Tujuannya

5 Cameo dalam Upin Ipin yang Selalu Berhasil Mencuri Perhatian Penonton  Mojok.co

5 Cameo dalam Upin Ipin yang Selalu Berhasil Mencuri Perhatian Penonton 

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Hidup Penerima KIPK Kerap Disangka Enak karena Dapat Bantuan, padahal Hidupnya Terseok-seok dan Berdarah-darah

Hidup Penerima KIPK Kerap Disangka Enak karena Dapat Bantuan, padahal Hidupnya Terseok-seok dan Berdarah-darah

19 Juni 2025
Dear Dosen Pembimbing, Menerima Revisi Skripsi dalam Bentuk Hard Copy Itu Merepotkan Mojok.co

Dosen Pembimbing Serba ACC Itu Menyebalkan: Skripsi Memang Jadi Lancar, tapi di Sidang Bakal Dihajar!

17 Juni 2025
Sisi Suram Sekolah Kedinasan, Senioritas Masih Kental hingga Tidak Bisa Bersuara Kritis ke Negara Mojok.co

Sisi Suram Sekolah Kedinasan, Senioritas Masih Kental hingga Nggak Boleh Kristis sama Negara

15 Juni 2025
Bandara YIA Nggak Bikin Wisata Kulon Progo Melesat, Daerah Ini Masih Gitu-gitu Aja Kalah sama Kabupaten Lainnya

Bandara YIA Nggak Bikin Wisata Kulon Progo Melesat, Daerah Ini Masih Gitu-gitu Aja Kalah sama Kabupaten Lainnya

22 Juni 2025
Derita Punya Rumah Pinggir Sungai di Desa, Angan-angan Hidup Damai Rusak karena Banjir dan Reptil Mojok.co

Derita Punya Rumah Pinggir Sungai, Angan-angan Hidup Damai Rusak karena Banjir dan Reptil

17 Juni 2025
Kasihan UNS, Sudah Berdiri 49 Tahun tapi Masih Banyak yang Belum Tahu Kepanjangannya

Kasihan UNS, Sudah Berdiri 49 Tahun tapi Masih Banyak yang Belum Tahu Kepanjangannya

22 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Haru dan Dramatis Sepak Bola Putri di Lapangan Tridadi: Tubuh-tubuh Mungil Tumbangkan Lawan Lebih Besar
  • Tersesat di ISI Surakarta dan Menjadi Dosen yang Gegar Intelektual tapi Kini Menikmati dan Jatuh Cinta kepada Solo
  • Sarjana Gaji Kecil Ngaku Bergaji Rp10 Juta buat Pamer ke Tetangga, Berujung Jadi Tempat Ngutang padahal Tak Punya Uang
  • Bisa Kuliah UGM karena Perjuangan Ibu, Bertekad Buktikan Kesuksesan ke Ayah yang Pergi Tinggalkan Keluarga
  • Pertama Kali Dapat Kerja di Jogja sambil Kuliah, Kaget Bisa Dapat Cuan Senilai Perusahaan Besar di Amerika Serikat
  • Menikah dengan Anggota Pencak Silat Penuh Atraksi, Niat Ekspresikan Kebanggaan Malah Dicap Jamet

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

OSZAR »