Kebanyakan orang luar Semarang mungkin akan menyebutkan Universitas Diponegoro (Undip) ketika ditanya soal perguruan tinggi negeri (PTN) di daerah ini. Padahal, selain Undip ada universitas lain yang tidak kalah diminati, yakni Universitas Negeri Semarang (UNNES). Perguruan tinggi yang terletak di Kecamatan Gunungpati itu menerima kurang lebih 50.000 mahasiswa baru setiap tahunnya.
PTN ini sebenarnya sudah ada sejak 1965. Sebelumnya, universitas ini bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Semarang yang kemudian berganti nama jadi UNNES pada 2000. Melihat usianya, PTN ini sudah tidak diragukan lagi, tidak heran kalau universitas ini jadi incaran calon mahasiswa baru.
UNNES mungkin tidak terlihat “wah” atau elit dari luar. Tidak memiliki menara tinggi atau patung pahlawan di gerbangnya. Namun, keberadaan universitas ini begitu berdampak untuk Semarang, warga Kecamatan Gunungpati khususnya.
Ekonomi kian menggeliat karena mahasiswa UNNES
Perputaran ekonomi di Gunungpati sebagian besar terjadi karena puluhan ribu mahasiswa yang kuliah di sana. Seperti daerah kampus lainnya, di kecamatan ini ada banyak sekali usaha kecil-kecilan yang menunjang kehidupan mahasiswa. Kebanyakan usaha itu dimiliki dan dijalankan oleh warga sekitar. Sebut saja usaha kos-kosan, tempat makan, fotocopy, hingga laundry.
Saya tidak bisa membayangkan kalau UNNES tidak pernah ada, kecamatan di sisi selatan Kota Semarang itu mungkin jadi daerah hijau yang jauh dari hiruk pikuk mahasiswa. Asal tahu saja, di Gunungpati masih banyak lahan hijau dibanding kecamatan-kecamatan lain di Kota Semarang. Lahan ini dipertahankan dalam rangka Semarang Pesona Asia (SPA). Kondisi Gunungpati yang lebih asri dibanding daerah lain pernah dibahas secara apik di salah satu Terminal Mojok berjudul Gunungpati, Satu-satunya Daerah di Semarang yang Panasnya Masih Bisa Ditoleransi.
Gunungpati bukan cuma rumah bagi UNNES, tapi juga tempat persinggahan sementara bagi ribuan mahasiswa rantau. Gunungpati, Semarang pun berubah jadi semacam kampung besar yang dihuni oleh mahasiswa dengan berbagai harapannya. Tanpa mereka, UNNES terasa sepi, dan Gunungpati mungkin hanya akan jadi tempat yang sejuk tapi sunyi.
Gunungpati hanya jadi nama kecamatan yang nggak banyak dikenal orang
Sebagian orang Gunungpati mungkin berharap daerahnya jauh dari hiruk pikuk mahasiswa supaya tetap nyaman ditinggali. Namun, apabila UNNES tidak ada, bisa jadi Gunungpati semakin tidak dikenal. Orang-orang akan lebih mengenal Banyumanik, Tembalang, atau Ungaran, ketimbang Gunungpati. Padahal, sekarang ini, “terkenal” jadi modal yang penting supaya suatu daerah bisa semakin berkembang.
Begitu UNNES hadir, Gunungpati seperti dapat suntikan kehidupan. Jalanan yang tadinya cuma dilewati truk pasir dan sepeda warga, sekarang penuh lalu lalang mahasiswa dari berbagai daerah. Daerah ini tidak jadi titik kecil yang dilewati bus kota tanpa pernah disinggahi.
Saya sih lebih senang UNNES ada di Gunungpati ya. Sebab, menariknya, meskipun Gunungpati nggak berubah jadi kota satelit ala BSD, identitasnya tetap lekat. Sejuknya Gunungpati masih terasa, sawahnya belum sepenuhnya hilang, dan warga lokal tetap jadi bagian penting dari dinamika kehidupan kampus.
UNNES memang membesarkan nama Gunungpati, tanpanya daerah ini mungkin cuma jadi daerah biasa saja, medioker. Tapi, jangan salah, Gunungpati dan warganya juga banyak membantu UNNES dan mahasiswanya. Itu mengapa hubungan saling menghargai antar dua pihak diperlukan.
Penulis: Raihan Muhammad
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Sudah 5 Tahun Pindah dari Semarang ke Jogja dan Masih Saja Merana
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.