ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Merindukan Tarhim Pak RT

Bang Fu oleh Bang Fu
21 Mei 2019
A A
pak RT

pak RT

Share on FacebookShare on Twitter

Semasa saya bersekolah, Pak RT merupakan salah satu tetua yang keberadaannya cukup disegani dan dihormati oleh warga di desa tersebut. Selain karena usianya yang sudah tidak lagi muda, beliau juga memiliki kemampuan leadership. Dengan berbagai modal sosial yang beliau miliki, beliau dapat berbaur dan menciptakan kehangatan dalam berkegiatan sosial.

Tentu kami selaku tetangga Pak RT merindukan pengalaman-pengalaman yang yang melekat dalam ingatan kami. Salah satunya adalah suara tarhim yang beliau bacakan sewaktu sahur di bulan Ramadan. Dengan suaranya yang melengking beliau membangunkan nyenyak tidur kami, juga tentu warga-warga yang lain. Konsistensi beliau dalam membacakan tarhim barangkali adalah kemampuan yang sudah jarang dimiliki masyarakat kini. Panggilan ‘isyrobuu waajjilu faqod qorba as-shobah‘ yang merupakan kalimat andalan yang secara tidak langsung kita hafal adalah tanda ketulusan dan kelapangan hati yang beliau miliki. Tentu, Pak RT hanya contoh kecil dari orang-orang tua yang biasa melantunkan tarhim, dzikir, atau sekedar membangunkan warga melalui pengeras suara yang dipasang di langgar, musala hingga masjid-masjid.

Ayah saya sempat becerita bahwa pada masa kecilnya anak-anak dengan sarung yang disampirkan di pundak mereka, beberapa ada yang masih mengerjap-ngerjapkan mata tanda belum genap tidurnya, bahkan ada yang semalaman suntuk tidak tidur—dan tidur sehabis subuh—menunggu hingga waktu sahur tiba. Dengan didampingi orang tua yang biasa membacakan tarhim, mereka ikut belajar atau learning by doing sebab setelah orang tua tersebut membacakan beberapa bait tarhim, anak-anak berebutan microphone untuk menjadi yang pertama dalam membacakan tarhim. Ada kebanggan tersendiri bagi mereka jika dapat menjadi yang pertama dalam membacakan tarhim.

Momen-momen saat rebutan mic itu sesekali membuat salah seorang anak menangis atau bahkan bertengkar. Hanya saja, pertengkaran anak-anak berbeda dengan pertengkaran orang dewasa sebab setelah acara membaca tarhim usai, pertengkaran pun usai. Itulah yang kadangkala membuat saya berpikir kenapa menjadi dewasa begitu menyebalkan.

Setelah masuk waktu imsak, anak-anak itu pun bergegas bersiap-siap melaksanakan salat subuh berjamaah.  Ketika waktu subuh sudah tiba, masjid pun ramai dan semarak dalam menggelar salat subuh berjamaah tanpa perlu ditambahi embel-embel ‘gerakan salat subuh berjamaah’. Seusai salat subuh, masjid pun lengang, sunyi, hanya terlihat beberapa orang tua yang melantunkan alqur’an lirih, selainnya adalah suara dengkuran anak-anak yang tertidur di serambi masjid, barangkali mereka kelelahan.

Aku terpesona dan tiba-tiba merasa rindu dengan pengalaman-pengalaman semacam itu. Sayangnya, kegiatan semacam itu sudah tidak jamak kita temukan dinderah kita masing-masing. Paling banter adalah kegiatan membangunkan saat sahur dengan berkeliling. Lambat laun kegiatan-kegiatan semacam itu jauh atau bahkan kehilangan substansinya, karena toh masyarakat hari ini lebih suka menilai dari penampilan luar atau eksistensinya saja.

Lalu,  ketika saya merantau ke salah satu kota metropolitan Surabaya. Tiba-tiba saya merindukan tarhim Pak RT. Di kota perantauan ini,  waktu sahur menjadi sepi namun ramai di warung-warung yang sengaja buka saat sahur, orang-orangnya pun tidak banyak berkata-kata selain pertanyaan maupun jawaban formal sebab mereka baru saja bangun dari tidur.  Masjid-musala-langgar pun paling banter pun hanya menyetel tilawah atau tarhim yang berasal dari kaset. Tentu tidak salah, tapi entah kenapa selalu ada daya magis dan hal yang tidak mampu untuk didefiniskan melalui kata-kata yang muncul dari setiap lantunan yang dibacakan oleh manusia. Jelasnya, modernisasi kian mengambil jarak atas kecintaaan kita terhadap manusia dan makhluk hidup.

Dan kini, tampaknya tarhim beserta atribut-atribut di bulan Ramadan hari ini telah kehilangan substansinya, entah siapa yang memakan dan siapa yang rela memberikannya. Dunia tampak sudah bergulir menjauhi hal-hal yang substansial. Tiada yang perlu disalahkan,  juga tiada yang perlu dibenarkan. Semua berjalan dalam kodratNya, dalam harmonisasi yang bahkan keberadannya tidak terdengar oleh kita. Jelasnya, lantunan tarhim mengajarkan arti kerinduan, dan sudah seyogyanya ‘seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas’.

Seorang guru pernah berpesan kepada saya, “Bukankah kehidupan yang kita jalani sekarang hanya sekedar hasil penghambaan amin kita terhadap doa-doa yang dipanjatkan”. Maka, segera kututupkan catatan ini.

#CriticalDailyReportase

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Pak RTRamadanSahurTarhim
Bang Fu

Bang Fu

Penulis tetap di Rubrik #CriticalDailyReportase dan #Pedagogi'n'Analogi

ArtikelTerkait

Para Pencari Tuhan, Sinetron Ramadan Terbaik Sepanjang Masa

27 April 2020

Suasana Ramadan di Kampung Saya yang Zona Merah. #TakjilanTerminal25

25 April 2021
5 Rekomendasi Tempat Sahur yang Bisa Jadi Pilihan di Bandung Terminal Mojok

5 Rekomendasi Tempat Sahur yang Bisa Jadi Pilihan di Bandung

7 April 2022
buruh

Curhatan Mantan Buruh di Bulan Ramadan

10 Mei 2019
pesantren ramadan

Pesantren dan Spirit Ramadan ala Santri Kilatan

3 Mei 2019
takjil hunter pencari takjil gratisan mojok

Bagi Takjil Hunter, Pandemi adalah Penderitaan yang Abadi. #TakjilanTerminal17

21 April 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Mempertanyakan Mengapa Santri Dilarang Punya Rambut Gondrong terminal mojok.co

Pondok Pesantren Salaf Rasa Milenial

Kuliah di Sleman dan Rumah di Bantul, Ngekos adalah Jawabannya

Kuliah di Sleman dan Rumah di Bantul, Ngekos adalah Jawabannya

mahasiswa rantau

Menikmati Ramadan Sebagai Mahasiswa Rantau

Terpopuler Sepekan

Derita Merantau ke Luar Pulau Jawa: Gaji Lumayan, tapi Tetap Miskin karena Ongkos Mudik Nggak Masuk Akal Mojok.co

Derita Merantau ke Luar Pulau Jawa: Gaji Lumayan, tapi Tetap Miskin karena Ongkos Mudik Nggak Masuk Akal

6 Juni 2025
4 Menu Solaria yang Gagal, Sebaiknya Dihindari Pembeli daripada Menyesal Mojok.co

4 Menu Solaria yang Gagal, Sebaiknya Dihindari Pembeli daripada Menyesal

6 Juni 2025
Calon Maba Kampus B Unair Siap-siap Stres, Kehidupan di Gubeng Nggak Selalu Elite dan Ideal seperti yang Kamu Bayangkan

Calon Maba Kampus B Unair Siap-siap Stres, Kehidupan di Gubeng Nggak Selalu Elite dan Ideal seperti yang Kamu Bayangkan

7 Juni 2025
Jalan Simbang Kabupaten Pekalongan Rusak Parah Membuat Seporsi Cilok Kuah Saya Tak Pernah Sampai Rumah

Jalan Simbang Kabupaten Pekalongan Rusak Parah Membuat Seporsi Cilok Kuah Saya Tak Pernah Sampai Rumah

9 Juni 2025
Jadi Gorengan Paling Renyah di Tahun 2024, Apakah Suzuki Karimun Kotak Worth to Buy?   suzuki burgman street 125

Mobil Suzuki Karimun Kotak: Imut doang, tapi Nggak Nyaman Dipakai buat Touring

6 Juni 2025
Purwokerto, Kota Kecil Rasa Jakarta: Semakin Mahal dan Kekinian padahal Dompet Warganya Pas-pasan

Kelam di Balik Gemerlap Purwokerto: Upah Pekerja di Bawah UMR, Lembur pun Tak Dibayar dengan 1001 Alasan

12 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jS-m10azBto

DARI MOJOK

  • Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso
  • Merelakan Gaji Besar dari Perusahaan di Dubai daripada Mental Rusak karena Tekanan Hidup dan Pilih Slow Living di Gunungkidul
  • Orang Kaya Naik Bus Ekonomi: Coba-coba Berujung Tersiksa, Dimaki Pengamen sampai Tahan Kencing Berjam-jam
  • Lulusan SMK “Hanya” Jadi Karyawan Alfamart dan Indomaret: Sekolah Harus Tetap Bangga, Karena Sukses Tak Dilihat dari Status
  • Coba-coba Naik KA Airlangga Jakarta-Surabaya: Bahagia Tiketnya Cuma Seharga 2 Porsi Pecel Lele, tapi Berujung Tak Tega sama Penumpangnya
  • Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

OSZAR »