Transjakarta, atau yang akrab disebut TJ, merupakan moda transportasi andalan warga Ibu Kota. Rutenya banyak dan dan dapat membawamu keliling Jakarta hanya dengan tarif Rp3.500 saja. Saya akui, keberadaan Transjakarta ini memberikan kemudahan mobilisasi dan aktivitas masyarakat. Apalagi kini sudah terintegrasi dengan moda lainnya. Bahkan, bus berwarna biru ini sudah menjangkau daerah sekitar Jakarta, seperti Tangerang, Bekasi, dan Depok.
Di balik kenyamanan yang ditawarkan, Transjakarta juga memiliki banyak sisi gelap. Mulai dari penumpang yang nggak taat aturan sampai halte pemberhentian yang kurang layak dioperasikan. Saya sebagai penumpang setia sudah bosan dengan permasalahan tersebut, jadi tinggal nikmati saja perjalanan ini. Toh saya selalu sampai tujuan dengan selamat.
Hanya saja, kali ini saya tidak akan bercerita tentang itu semua. Saya akan membahas 3 hal lain yang juga bikin kesal dan malas.
Daftar Isi
Driver suka ngerem mendadak dan kadang ugal-ugalan
Satu privilege Transjakarta yang bikin iri adalah jalur khusus bebas hambatan (harusnya ya), tidak ada kendaraan lain yang boleh lewat selain dia. Ya kadang realitasnya ada sih motor atau mobil yang nekat lewat jalur busway, buat menghindari macet. Dengan jalan selengang itu, pastinya sang supir ada aja gebrakannya. Mulai dari yang nyantai banget sampai yang gas pol. Tergantung mood dan suasana hati.
Hal paling menyebalkan menurut pengalaman saya adalah beberapa driver Transjakarta yang ugal-ugalan dan suka injak rem mendadak. Saya selalu menggenggam erat pegangan yang menggantung di bus tersebut. Lengah dikit, kamu bisa terhempas. Nggak paham juga kenapa para driver ini seenaknya, padahal mereka tahu banyak nyawa yang dibawa.
Jika kurang beruntung, kamu bakalan dapat armada Metrotrans atau bus listrik yang handle gripnya sedikit. Siap-siap berpegangan pada tiang atau kuatkan kakimu agar tidak oleng saat si supir ngebut dan berhenti tiba-tiba.
Driver kurang ramah kepada pelanggan
Selain perihal mengendarai, sikap driver menyebalkan lainnya adalah nggak ramah kepada penumpang. Saya pernah beberapa kali mendapati yang jutek, kira-kira seperti ini “Makanya, lihat dong di informasi jurusan, ini cuma sampai Kampung Melayu aja!”. Nadanya kasar dan mengintimidasi, bukan memberikan informasi. Kejadian lainnya ya mirip lah, menanggapi penumpang dengan cuek dan malas-malasan.
Tidak ada salahnya menjawab pertanyaan penumpang dengan biasa saja, nggak perlu ngegas. Wajar loh jika banyak yang baru naik Transjakarta dan belum hafal rutenya. Apalagi Jakarta seluas ini, tentu saja modanya banyak dan membingungkan. Mungkin tidak semua driver Transjakarta segalak ini, ada juga yang friendly. Akan tetapi, saya berharap sih semuanya bisa melayani masyarakat dengan bersikap ramah.
Waktu kedatangan di monitor halte Transjakarta tidak sinkron dengan realitas
Terakhir, layar monitor di halte Transjakarta yang kadang memberikan harapan palsu. Biasanya lewat benda persegi panjang tersebut akan disampaikan informasi jam kedatangan armada beserta nomor koridornya. Saya selalu berharap dan percaya padanya. Sebenarnya ada beberapa aplikasi yang bisa memantau pergerakan armada, tapi saya pernah pakai dan berakhir error. Ya saya kembali lagi pada monitor yang menggantung itu.
Nyatanya, waktu yang dicantumkan dengan faktanya tidak sinkron. Pada keterangan tertulis “Tiba” tapi wujudnya tidak terlihat mata. Katanya sih akan datang 2 menit, realitasnya 10 menit. Ya apa gunanya ada panel jadwal bus tapi nggak sesuai dengan kenyataan. Sudahlah, jangan terlalu berekspektasi tinggi pada sebuah teknologi. Paling benar ya menunggu saja dengan sabar tanpa berharap lebih pada informasi di layar ataupun aplikasi. Toh nanti juga datang meski harus melawan rasa lelah dan bosan.
Meskipun ada aja yang membuat saya kesal, Transjakarta selalu jadi andalan saya berjibaku dengan kerasnya Ibu Kota. Menemani perjalan saya sampai rumah di antah berantah. Kalau nggak ada dia, aku bisa apa.
Penulis: Rachelia Methasary
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Papan Jadwal Kedatangan Transjakarta Nggak Bisa Diandalkan, Bikin Penumpang Emosi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.