Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Please, Jangan Sembarangan Menggunakan Google Translate dalam Menerjemahkan Naskah Publikasi!

Aliurridha oleh Aliurridha
10 Januari 2020
A A
Please, Jangan Sembarangan Menggunakan Google Translate dalam Menerjemahkan Naskah Publikasi!
Share on FacebookShare on Twitter

Sebuah pesan masuk ke WhatsApp grup yang seketika itu juga membuat saya berserta teman-teman dalam grup itu tidak henti-hentinya tertawa membahas pesan tersebut. Pesan itu berupa gambar hasil tangkap layar dari salah seorang teman dari mesin pencarian Google. Gambar tersebut menunjukkan beberapa publikasi dari repository sebuah kampus di kota Malang. Yang lucunya adalah pada abstraknya penulis menerjemahkan kota Malang sebagai Unlucky City, nama ini mungkin akan terkenal sebagai nama lain Kota Malang.

Sepertinya penulis menerjemahkan naskah tersebut menggunakan Google Translate tanpa melakukan post-editing dan menganggap hasil terjemahannya sudah cukup bisa dimengerti. Mungkin lebih tepatnya dimaklumi sebagai tugas akhir dari negeri +62 yang memang tidak untuk dibaca, hanya untuk syarat lulus saja.

Google Translate (GT) sebagai mesin penerjemah memang mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan masif. Sepuluh tahun lalu saya pernah mencoba menerjemah menggunakan GT, hasilnya sangatlah buruk. Seiring waktu berjalan GT memperlihatkan hasil yang luar biasa tapi bukan berarti GT sudah mengalahkan kemampuan penerjemah manusia. Paling tidak untuk saat ini belum. Jadi kalian para pengais rezeki dari jasa terjemahan masih bisa bernafas lega untuk beberapa tahun ke depan karena lapak kalian masih belum sepenuhnya diambil alih oleh mesin.

Meski begitu tetap saja perkembangan Google Translate yang begitu masif ini menakutkan buat para penerjemah karena semakin ke sini lapak pekerjaan semakin terbatas. Seperti menerjemahkan dokumen atau publikasi penelitian untuk jurnal atau prosiding. Apalagi ditambah dengan banyaknya orang yang menyadari perkembangan hasil terjemahan GT telah sampai pada titik dapat dimengerti. Saya tekankan lagi ya, dapat dimengerti.

Menurut Larson (1984) ada tiga aspek yang dilihat untuk menilai hasil terjemahan bisa dikatakan baik, yakni aspek akurasi, keberterimaan, dan keterbacaan. Hasil terjemahan yang akurat belum tentu berterima. Seperti halnya Kota Malang yang diterjemahkan menjadi Unlucky City yang sebenarnya akurat tapi tidak berterima karena bagaimanapun itu adalah nama kota, bukan sesuatu yang memiliki makna.

Jangan salah paham ya para warga Malang, saya tidak sedang mengatakan bahwa kota Malang tidak bermakna. Tapi Malang sebagai kota tidaklah bermakna malang sebagai kata sifat seperti Unlucky City itu, yang jika diterjemahkan balik ke bahasa Indonesia menjadi kota yang malang. Hasil terjemahan ini akan membuat pembaca bahasa sasaran keliru dalam memahaminya. Jadi ini yang saya maksud dengan dapat dimengerti, dapat dimengerti bahwa hasil terjemahan Google Translate masih harus melalui yang namanya post-editing.

Saya sebagai pelaku dalam industri penerjemahan tidak memungkiri bahwa GT telah banyak mempelihatkan perkembangan yang luar biasa sebagai alat bantu terjemahan. Alat bantu ya, bukan sebagai pengganti penerjemah manusia. Karena melihat perkembangan Google Translate yang luar biasa itu dan didorong oleh keinginan luhur untuk membantu para pengguna GT menggunakan GT dengan tepat memperlihatkan GT belum layak menggantikan penerjemah manusia. Maka pada tahun 2019 saya melakukan penelitian yang membandingkan bagaimana GT menerjemahkan dua jenis teks berbeda.

Ini penelitian serius lho, saya tidak sedang bercanda. Kalian bisa baca hasil penelitian saya yang dipulikasikan di Jurnal Leksema, Vol 4, Isu 1, tahun 2019. Penelitian itu bertujuan untuk melihat proporsi post-editing yang perlu dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan dua jenis teks yang berbeda, teks informatif dan ekspresif.

Teks informatif biasanya dikaitkan dengan teks-teks non-fiksi dengan nuansa bahasa yang lugas, seperti karya ilmiah, artikel, berita, dll. Sedangkan teks ekspresif adalah teks-teks yang menggunakan bahasa yang menonjolkan unsur estetika, seperti pada karya sastra yang meliputi puisi, cerpen, maupun novel. Selain itu penelitian itu juga untuk mengungkap fitur linguistik apa yang perlu diperhatikan ketika menerjemahkan menggunakan GT.

Hasil penelitian menunjukkan pada teks informatif, Google Translate boleh saja digunakan untuk menerjemahkan teks secara langsung selama tetap melakukan post-editing. Namun jangan sekali-kali menggunakan GT secara langsung untuk menerjemahkan teks ekspresif kecuali untuk menguraikan makna dan pesan. Untuk aspek linguistik yang perlu diperhatikan dalam menerjemahkan menggunakan GT salah satunya adalah proper nouns. Yang termasuk proper nouns adalah nama diri, nama kota, nama julukan, termasuk nama mantanmu yang kamu tulis di skripsi yang ujung-ujungnya putus juga. Jadi mbok ya kota Malang itu jangan ikut diterjemahkan, Pak.

Jadi saran saya kalau kalian masih mau menerjemahkan menggunakan GT, boleh saja tapi paling tidak punya kemampuan bilingual dari bahasa yang diterjemahkan dan juga pemahaman linguistik dan budaya yang cukup. Atau jika memang terpaksa boleh saja menerjemahkan ke bahasa ibu untuk teks informatif karena kalian pasti memahami kaidah bahasa dan budaya dari bahasa ibu kalian. Kalau tidak tahu kan keterlaluan.

Untuk menerjemahkan ke bahasa lain yang tidak kalian kuasai baik kaidah linguistik dan budayanya lebih baik serahkan pada ahlinya. Apalagi jika kebutuhannya adalah untuk publikasi baik itu di jurnal, prosiding, maupun repository kampus. Jangan mentang-mentang Harari mengatakan bahwa suatu saat mesin akan mengalahkan kapasitas manusia dalam berbagai bidang dan memunculkan kelas baru, kelas manusia tidak berguna jadi kalian menganggap GT sudah cukup untuk menerjemahkan naskah penting yang bisa dibaca oleh banyak orang.

Hati-hati kawan, dulu skripsi dan tesis hanya tersimpan di perpustakaan yang jarang sekali dibaca orang. Sekarang semuanya dipublikasikan secara online dan masuk ke mesin pencarian Google yang bisa dibaca oleh orang di seluruh penjuru dunia. Daripada jadi aib seumur hidup lebih baik serahkan pekerjaan itu kepada kami para penerjemah yang sedang terhimpit oleh kebutuhan ekonomi yang semakin tidak tercukupi dan susahnya lapangan pekerjaan.

BACA JUGA Alternatif Tugas Akhir Pilihan Pengganti Skripsi bagi Sobat Ambyar atau tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: Google TranslateSkripsi
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

ArtikelTerkait

pesan WhatsApp

Kiat Berbahagia Ketika Pesan WhatsApp Hanya Dibaca Oleh Dosen Pembimbing

28 Agustus 2019
Dosen Pembimbing Bersifat Buruk, Skripsi dan Lulus Jadi Lama! (Unsplash) berkas kelulusan jasa edit skripsi

Jasa Edit Skripsi, Solusi Bagi Mahasiswa yang Ingin Mendapatkan Cuan Tanpa Melanggar Aturan

30 Juli 2024
Skripsi Molor Bukan Sepenuhnya Salah Mahasiswa, Dosen Juga Terlibat kesalahan dosen terminal mojok.co

Derasnya Polemik Jual Beli Skripsi yang Awet Terus, Payung Hukum ke Mana?

28 Oktober 2019
Skripsi Molor Bukan Sepenuhnya Salah Mahasiswa, Dosen Juga Terlibat kesalahan dosen terminal mojok.co

Skripsi Molor Bukan Sepenuhnya Salah Mahasiswa, Dosen Juga Terlibat

9 September 2020
memilih dosen pembimbing

Panduan Memilih Dosen Pembimbing biar Skripsi Lancar Jaya Dunia Akhirat

11 Mei 2020
skripsi itu baik

Skripsi Itu Baik, Kalau Ada yang Jahat, Mungkin Dia Skripsi yang Tersakiti

12 Desember 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
driver ojol Layanan GoFood Hanyalah Bentuk Kemalasan yang Menyamar terminal mojok.co

Kok Bisa sih Tega Ngasih Bintang Satu untuk Driver Ojol?

Hasil TWK Saya Buruk, Apakah Saya Kurang Nasionalis?

Hasil TWK Saya Buruk, Apakah Saya Kurang Nasionalis?

Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini di Museum daripada Kamu Rebahan Terus

Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini di Museum daripada Kamu Rebahan Terus

Terpopuler Sepekan

Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed Terdiskriminasi karena Dianggap Nggak Punya Masa Depan dan Bau  Mojok.co

Membiarkan Diskriminasi terhadap Mahasiswa Fakultas Peternakan Menjadi Salah Satu Aib Unsoed

14 Juni 2025
Nasib Anak Seni di Sekolah Favorit Bagai Acar di Nasi Goreng: Ada, tapi Dilupakan dan Akan Selalu Diabaikan

Nasib Anak Seni di Sekolah Favorit Bagai Acar di Nasi Goreng: Ada, tapi Dilupakan dan Akan Selalu Diabaikan

13 Juni 2025
Warga Ngampel Kendal Muak Tersiksa Bertahun-tahun karena Galian Tambang, Sudah Protes tapi Cuma Diberi Janji

Warga Ngampel Kendal Muak Tersiksa Bertahun-tahun karena Galian Tambang, Sudah Protes tapi Cuma Diberi Janji

18 Juni 2025
Pemerintah Bangkalan Madura Nggak Paham Prioritas, Memilih Sibuk Bikin Ikon Pendidikan daripada Perbaiki Kualitas Pendidikan secara Menyeluruh Mojok.co

Pemerintah Bangkalan Madura Nggak Paham Prioritas, Memilih Sibuk Bikin Ikon Pendidikan daripada Perbaiki Kualitas Pendidikan

13 Juni 2025
Ormek Adalah Kumpulan Mahasiswa Gila Hormat yang Sebaiknya Diwaspadai Mojok.co

Ormek Lebih Cocok Disebut Kumpulan Mahasiswa Haus Pujian daripada Organisasi Mahasiswa

18 Juni 2025
Parkiran Bus Senopati, Biang Kerok Kemacetan Jalan Panembahan Senopati Jogja Mojok.co

Parkiran Senopati Wujud Hobi Pemerintah Jogja Membiarkan Masalah, Dibiarkan Saja bak “Bom Waktu” yang Merepotkan Banyak Orang

15 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Sepatu Rusak: Saksi Bisu dari Atlet Sepak Bola Putri di Jogja yang Penuh Nyali dan Nilai Mahal yang Mereka Pelajari
  • Anak Jadi PNS Bikin Ortu Suka Pamer Pencapaian, Padahal Sang Anak Tersiksa karena Gaji Kecil dan Sering “Dipalak” Teman
  • Tinggalkan Skripsi Gara-gara Urusan Asmara, Berujung DO dan Sakiti Ibu hingga Susah Cari Kerja
  • Nyesel Ikuti Perintah Ibu Kuliah Jurusan Guru, Setelah Lulus Jadi Susah Cari Kerja
  • Coba-coba Boker di Toilet Bus Patas, Niat Legakan Perut Malah Dibikin Waswas hingga Repot saat Cebok
  • Saya Resah Melihat Palembang ketika Budaya Bodoh Bernama Sound Horeg dan Organ Tunggal Dianggap Pesta Rakyat Seperti Lomba Perahu Bidar

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

OSZAR »