Band legendaris asal Jogja, Sheila on 7, berulang tahun ke-29 kemarin Rabu 6 Mei 2025. Banyak hal bisa dilakukan untuk merayakan momen bahagia itu. Bisa seperti SheilaGank yang merayakannya dengan tiup lilin bareng personil SO7. Boleh juga dengan membanjiri media sosial dengan ucapan virtual, atau mengungkapkan rasa bagagia dan kagum dalam bentuk tulisan seperti yang diunggah di Esai Mojok berjudul Sheila on 7, Band Termahal di Indonesia dan Orang yang Paling Rugi di Dunia Adalah Mereka yang Tidak Pernah Mendengarkan SO7.
Sebagai fans yang sudah puluhan tahun mengikuti perjalanan band ini, saya memilih merayakannya dengan mendengarkan kembali lagu-lagu lawas Sheila On 7. Gara-gara itu saya jadi sadar, ternyata sudah lebih dari satu dekade band ini tidak merilis album baru. Album terakhir yang bertajuk Musim yang Baik dirilis pada 10 Desember 2014. Setelahnya, band yang kini terdiri dari 3 personel itu baru mengeluarkan 2 singel saja yakni Film Favorit (2018) dan Memori Baik (2024). Bayangkan, betapa sabar para penggemar SO7 itu.
Apabila boleh sedikit bernostalgia, album berjudul Musim yang Baik yang rilis lebih dari 10 tahun yang lalu itu juga lahir setelah penantian panjang. Syukurnya, penantian penggemar tidak sia-sia. Di dalam album Musim yang Baik terdapat lagu Lapang Dada yang sukses memenangkan hati para pecinta musik tanah air. Salah satu buktinya, lagu ini jadi The Best Single Hai Reader’s Poll Music Awards 2015.
Daftar Isi
Lapang Dada dan Memori Baik punya formula yang mirip
Berkat momen ulang tahun Sheila on 7 (dan kebanyakan waktu senggang), saya jadi ngulik kembali lagu yang booming 10 tahun yang lalu itu. Setelah saya cermati, lagu Lapang Dada (2014) sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Memori Baik (2024). Ada getaran emosi yang mirip yang dari 2 judul lagu ini. Apa iya ini cuma kebetulan? Atau memang lagu semacam ini adalah formula band asal Jogja ini untuk menggaet kembali pendengar? Apakah ini yang dirasakan teman saya ketika dia berkomentar Sheila On 7 itu begitu-begitu aja? Banyak pertanyaan terlintas di benak saya.
Salah satu persamaan yang paling kentara adalah plot twist adegan melamar yang terulang. Penonton diberi ekspektasi romansa yang indah saat tokoh video klip akhirnya melabuhkan hatiny dan, memberanikan diri untuk melamar pujaan hatinya. Akan tetapi, adegan romantis yang dinanti hanyalah plot twist belaka. Tidak ada akhir cinta bahagia dari pemeran utama video klip ini. Tokoh pria di lagu Lapang Dada dan tokoh perempuan di Memori Baik harus legowo cuma jadi tamu aja di kondangan orang terkasih.
Selain plot twist lamaran, kedua video klip lagu itu juga menggunakan latar tempat kondangan outdoor. Lapang Dada dengan latar rumah berwarna biru muda yang katanya berada di sekitar Tembi, Bantul. Tentu adegan tokoh utama pria mendapatkan bouquet bunga menjadi scene yang paling bikin hati makdeg. Sementara Memori Baik menyuguhkan konsep akad nikah outdoor intimate yang dihadiri oleh orang terdekat. Adegan tokoh perempuan menitikkan air mata pas akad juga nggak kalah bikin hati sesak.
Menyelipkan kata “cahaya” di lirik lagu
Mengirim cahaya untukmu (Lapang Dada)
Jadi cahaya jalan di depan (Memori Baik)
Dua lagu ini memang memiliki judul yang berbeda, tapi saya merasa menyimpan emosi yang sama. Emosi itu kok ya kebetulan disampaikan dengan pilihan kata yang sama. Di Memori Baik dan Lapang Dada sama-sama ada kata “cahaya” yang bisa ditafsirkan sebagai wujud harapan atau doa. Walaupun memang akhirnya tidak bersama, mendoakan kebahagiaan untuk orang yang pernah jadi cerita di hidup kita bukanlah hal yang buruk. Betapa dewasa.
Lapang Dada bercerita gimana rasanya harus legowo melepas orang yang nggak bisa kita miliki. Kalau memang bukan jodohnya, ya gimana lagi? Begitu juga dengan lagu Memori Baik. Saya sempat menemukan ada di kolom komentar youtube video klip Memori Baik yang mengatakan, “Yang hadir belum tentu jadi takdir”. Dua lagu ini benar-benar bisa jadi panduan melewati patah hati dengan baik dan benar.
Sheila on 7 yang “begitu-begitu aja” nggak melulu buruk
Setelah dicermati lagi, 2 lagu ini memang seperti berkaitan. Dua lagu itu mengajarkan pendengar bahwa dalam perjalanan hidup orang akan menemukan kekecewa, sedih, patah hati, dan berujung pada acceptance (penerimaan). Saya bisa mengeri kenapa teman saya (dan mungkin banyak pendengar lain) merasa lagu Sheila on 7 itu “begitu-begitu aja”. Namun, menurut saya, itu tidak jadi masalah besar karena makna lagunya baik dan masih relate dengan pendengar, dan yang paling penting masih enak di kuping. Lagu yang “begitu-begitu aja” ini justru bisa jadi keunikan atau karakter Sheila on 7.
Hal lain yang begitu-begitu aja dari band berisi bapak-bapak ini adalah vokalisnya, Pak Duta. Iya, bapak yang satu ini wajahnya tampak begitu-begitu saja, tidak tambah tua alias awet enom. Bisa-bisanya wajah dia saat di video klip Lapang Dada masih sama dengan di video klip Memori Baik yang pembuatanya berjarak lebih 10 tahun setelahnya. Itu mengapa kalau mau dengar lagu-lagu Sheila on 7 dan Pak Duta yang “begitu-begitu aja”, mari kita terus dukung dan nggak lelah menunggu karya-karya Sheila on 7 di tahun-tahun selanjutnya.
Akhir kata, Sheilamat ulang tahun ke-29 ya bapak-bapak, Jalan Terus!
Penulis: Mozara Kartika Putri
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Ini yang akan Terjadi kalau Band Sheila On 7 Tidak Pernah Terbentuk
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.