ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Tonight Show dan Rating Televisi yang Menggerogotinya

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
29 Mei 2020
A A
Meninjau Jam Tayang Baru Tonight Show Setelah Vakum Satu Bulan Tonight Show dan Rating Televisi yang Menggerogotinya Tidak Merindukan Televisi Karena Ada Vincent Desta Show

Meninjau Jam Tayang Baru Tonight Show Setelah Vakum Satu Bulan Tonight Show dan Rating Televisi yang Menggerogotinya Tidak Merindukan Televisi Karena Ada Vincent Desta Show

Share on FacebookShare on Twitter

Tak jengah saya mengatakan bahwa apa pun yang berhubungan dengan kuantitas, maka beragam pula cara-cara yang digunakan untuk menggapainya. Berbeda dengan kualitas, hanya satu jalan terjal berupa berbenah. Tak jengah pula saya mengatakan bahwa sistem rating pada televisi merupakan kelainan yang mau tidak mau, program-program di dalamnya berpangku tangan pada sistem semacam ini.

Seperti sebuah lingkaran, program televisi memerlukan rating dan share guna mendapatkan imbalan berupa iklan. Dan iklan inilah yang menutup biaya produksi sebuah program acara. Matinya salah satu, maka lingkaran yang tak utuh tidak akan pernah disebut dengan lingkaran. Sialnya, lingkaran ini layaknya simalakama yang menghadirkan sebuah ekosistem untuk mendapatkan “kuantitas”.

Kemenangan sebuah program adalah memperoleh rating dan share yang tinggi. Semakin tinggi rating, semakin banyak pula iklan yang masuk. Iklan tidak peduli dengan pangsa pasar, asalkan rating ramai, mendekamlah mereka dan menyusui program-program tersebut. Tidak peduli bagaimana programnya, entah acara mencium bau-bau mistis atau teriakan “PATAR MONITOR PATAR!” dengan diakhiri patahan sebuah tangis.

Rating membentuk budaya baru berupa meniru. Jika ada program pencarian bakat yang ratingnya bagus, stasiun televisi lainnya berlomba menciptakan program serupa, tapi abai dengan kualitasnya. Contoh saja pencarian bakat Stand Up Comedy, kala satu stasiun berhasil, maka stasiun yang lain meniru entah bagaimana konsepnya dan nasib para pesertanya setelah dilombakan.

Budaya mencari cuan inilah yang seharusnya disentil, lantaran media yang seharusnya kreatif, malah membentuk sebuah pola yang bisanya hanya meniru. Saya sama sekali tidak menyinggung bakat, tapi bisa dilihat kebanyakan selebriti yang nyemplung di kultur YouTube, kebanyakan hanya menjual kisah kesehariannya. Sekali-kali sambangi kanal YouTube Bryan Furran dan bandingkan dengan kanal YouTube para konglomerat televisi.

Rating menjadi monopoli tolok ukur kesuksesan sebuah program, padahal yang terjadi hanyalah menghadirkan bias saja. Datangnya layanan streaming online pun seakan menertawakan cara kerja konvensional berupa menonton televisi di depan layar berukuran lebih dari 21 inci. Rating hanya menghitung dari jumlah pemirsa yang sudi menghidupkan televisinya. Padahal, melalui situs streaming seperti Zulu dan Netflix kini lebih banyak digemari.

Apakah rating menghitung televisi kabel atau layanan streaming dan YouTube? Tentu tidak. Padahal, market iklan untuk dipasang di kanal YouTube ke depannya lebih progres jika bekerja sama dengan program terkait. Lucunya, kini iklan sudah masuk dalam dialog cerita utama lebih tepatnya dalam acara sinetron. Lihat saja bagaimana Tukang Ojek Pengkolan yang “maksa” memasang iklan dalam tayangannya.

Terbaru, tidak tayangnya Tonight Show selama Bulan Ramadan dikarenakan menurunnya rating dan share mereka belakangan ini. Sedangkan dalam media daring, hasilnya justru mengatakan sebaliknya. Banyaknya subscribers kanal YouTube Tonight Show dan seringnya muncul di trending, memperlihatkan betapa rapuhnya sistem atau pola rating seperti ini.

Padahal, pengukuran jumlah penonton YouTube lebih jelas kajiannya. Diperlihatkan angka yang menonton, komentar, lamanya durasi, berapa banyak jumlah menit yang terkumpul dari para audiens dan grafik peningkatan permenitnya. Sedang rating bukan lagi mengkaji pemirsa, tapi sebatas angka. Bisa saja yang menonton hanya sekadar menghidupkan televisi agar tidak sepi, atau emak bapak yang merindukan Roy Kiyoshi.

AC Nielsen, satu-satunya lembaga rating yang beroperasi di Indonesia, tampak seperti bank dan hasil kajiannya adalah currency yang menentukan hidup atau mati. Berlebihan sampai menyangkut hidup dan mati? Tentu tidak, betapa kesalnya Tonight Lover’s ketika acara ini bungkus selama satu bulan. Di satu sisi, kita sudah masuk dalam komoditi televisi itu sendiri.

Agus Nurudin, Managing Director Nielsen Indonesia, mengakui bahwa riset yang dilakukan oleh lembaganya memang hanya mengukur kuantitas penonton. “Ibaratnya, Nielsen mengambil data tentang  gambar apa yang dilihat oleh masyarakat. Tentang bagaimana dan seperti apa isi gambar tersebut, bukan concern Nielsen,” ujar Agus.

Dan Tonight Show kini bagai tersemat sebuah belati di lehernya, dan diberikan pilihan, “bungkus atau rating?” Jelas mereka diberi waktu untuk melihat progres dari acara ini kedepannya. Seperti apa yang diumumkan oleh Net TV, Tonight Show akan kembali menghibur pemirsanya tanpa memberikan klue kapan dan jam berapa acara ini berlangsung.

Yuhuuu, cuma mau ngasih tau aja..

Yang dinanti bakal balik lagi, lho! Siap2 nonton mereka di depan TV kalian masing-masing, yaaa~ 😊 jangan lupa RETWEET dan sebarkan info ini.. pic.twitter.com/IiLgXFknUy

— NET. (@netmediatama) May 27, 2020

Dirunut dari awal, kerasnya persaingan televisi jika hanya berpatok dari segi rating, maka ada dua kemungkinan. Pertama, Tonight Show akan berbagi jam tayang dengan Ini Talkshow. Artinya dua acara ini akan berbagi jam atau Ini Talkshow jam tayangnya maju satu jam. Dua acara ini memang degeber oleh Net TV untuk bersaing di jam prime time. Ini Talkshow maju menuju jam 6, Tonight Show akan mengisi jam 7 atau 8 malam.

Kedua, indikasi hari apa program ini tayang ada dua, yakni seperti biasanya (Senin sampai Jumat) atau hanya diputar kala weekend saja. Jika opsi kedua diterapkan, maka jelas Net TV sudah mengibarkan bendera putih dalam persaingan rating dengan stasiun televisi lain. Dengan hadirnya Vincent Desta Show di kanal YouTube mereka, lantas untuk apa jika Tonight Show hanya dua kali dalam seminggu?

Setelah Malam-Malam Net sukses menarik masa generasi Z untuk kembali menonton televisi, saya kira Tonight Show ceruk masanya lebih luas ketimbang itu. Memadukan hiburan ala metropilitan, acara ini mengusung tema yang berbeda dengan Malam-Malam Net. Tidak ada persaingan di antara keduanya lantaran persaingan yang sesungguhnya adalah dengan industri televisi itu sendiri.

Betapa bodohnya jika konsumen Ini Talkshow, Tonight Show, dan Malam-Malam Net berdebat menentukan siapa yang terbaik. Sejatinya, tiga acara ini bisa bungkus kapan pun juga. Kian banyak mangsa pasar di YouTube dan generasi milenia yang mengonsumsi, maka kian bahaya pula. Kala acara disukai anak kos yang tidak ada televisi, lantas streaming di YouTube menjadi opsi. Sedangkan rating mengucapkan persetan dengan aspek di luar layar kaca.

Dilansir dari Remotivi, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) telah mencoba membuat rating alternatif di 9 kota dengan dana Rp 5 miliar (2017 menjadi Rp 10 miliar) sebagai pembanding rating Nielsen. Hal sama juga pernah dilakukan lembaga-lembaga lain, memperhitungkan kualitas bukan kuantitas. Namun ujung-ujungnya sama, sia-sia belaka.

Si rating ini macam bapak-bapak yang baru punya WhatsApp dan pakai foto profil, “Piye enak jaman ku to?” Ndasmu!

Televisi tidak akan pernah mati, yang mati adalah program-program berkualitas di dalamnya. Barangkali pola-pola kolot seperti rating ini yang akan tergantikan dengan pola baru yang entah bagaimana. Entah menguntungkan bagi acara yang berkualitas, atau malah sebaliknya. Tinggal tunggu jam tayangnya saja pola baru ini muncul dan berpihak kepada siapa. Ya, walaupun hasilnya sudah bisa kita tebak bagaimana.

Sumber Gambar: YouTube TonightShowNet

BACA JUGA Perspektif Mantan Produser Acara TV pas Nonton Acara yang Nampilin Kehidupan Orang Miskin dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 Mei 2020 oleh

Tags: Ini Talkshowmalam malam netnet tvratingTonigt Show
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Menonton Film Adaptasi Novel yang Pernah Dibaca di Mana Menariknya? terminal mojok.co

Rating Sebuah Film Nggak Perlu Dipercaya Sampai Kita Nonton Filmnya Sendiri

12 Oktober 2020
net tv

Net TV: Dulu Dipuja Sekarang Dicerca

10 Agustus 2019
5 Alasan Kamu Harus Nonton Good Friends di NET TV terminal mojok.co

5 Alasan Kamu Harus Nonton Good Friends di NET TV

21 November 2020
Hey Customer Ojol, Driver Grab dan Gojek Itu Bukan Babu!

Hey Customer Ojol, Driver Grab dan Gojek Itu Bukan Babu!

21 November 2019
Flash Sale Shopee Memang Bergerak Lebih Cepat dari Kecepatan Cahaya terminal mojok.co

Shopee, Sarangnya Orang-orang Minim Literasi

14 November 2020
OVJ MOJOK.CO

OVJ, The Real OVJ, Adalah Acara Lawak Terbaik

28 Juli 2020
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kehadiran Dita di Kpop: Semoga Tak Ada Perang Netizen +62 dengan Korea

Kehadiran Dita di Kpop: Semoga Tak Ada Perang Netizen +62 dengan Korea

ngatur-ngatur tuhan ritual agam islam mojok.co

Siapa Kita kok Ngatur-Ngatur Tuhan?

kartun upin ipin dan nussa rara

Melihat Islam di Indonesia Melalui Kartun “Upin Ipin” dan “Nussa Rara”

Terpopuler Sepekan

Wisuda UIN SATU Tulungagung Nggak Cuma Bikin Resah Calon Wisudawan, Penjual Buket pun Ikutan Susah

Wisuda UIN SATU Tulungagung Nggak Cuma Bikin Resah Calon Wisudawan, Penjual Buket pun Ikutan Susah

2 Juni 2025
Nasib Alumni Unesa: Sering Disangka dari Kampus Ternama padahal Kami Cuma Pura-pura Bangga

Nasib Alumni Unesa: Sering Disangka dari Kampus Ternama padahal Kami Cuma Pura-pura Bangga

3 Juni 2025
3 Ladang Dosa Pemerintah Bangkalan Madura, Rakyat Sengsara! (Unsplash)

3 Ladang Dosa Pemerintah Bangkalan Madura karena Terus Membuat Warganya Sengsara

4 Juni 2025
Sidoarjo Perlakukan Anak Muda seperti Pengemis Kerja (Unsplash)

Ketika Disnaker Sidoarjo Memperlakukan Anak Muda seperti Pengemis Kerja Padahal Pemerintah Gagal Menyediakan Lapangan kerja bagi Anak Muda

7 Juni 2025
5 Barang yang Nggak Ada di Indomaret dan Saya Harap Bisa Dijual di Sana

5 Barang yang Nggak Ada di Indomaret dan Saya Harap Bisa Dijual di Sana

2 Juni 2025
Keunikan UIN Jogja, Mahasiswanya seperti Nggak Kuliah di Kampus Islam Mojok.co

Keunikan UIN Jogja, Mahasiswanya seperti Nggak Kuliah di Kampus Islam

2 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jS-m10azBto

DARI MOJOK

  • Serba Salah Mahasiswa Hadapi Dosen Tua Kolot: Bikin Tugas Bagus Dituduh Plagiat kalau Jelek Dicap Goblok, Cuma Mau Benar Sendiri
  • Pengalaman Pertama Naik Bus di Terminal Bungurasih Masih Menakutkan karena Calo, tapi Masih Ada yang Lebih Seram dari Itu
  • Sombong Bisa Kuliah di Jurusan Akreditasi A ITS Surabaya, Kini Menyesal karena Susah Lulusanya: Nyesek Teman Seangkatan Sudah jadi Dosen
  • Netflix Hadirkan Losmen Bu Broto: Wulan Guritno Datang dengan Cinta yang Pelik
  • Rute Baru TransJakarta Blok M-Bogor: Game Changer Transportasi Umum Jabodetabek dan Memanjakan Para Pekerja Keras yang Setiap Hari Menderita dalam Pop Culture Skena Commuter KRL
  • 3 Tips Bertahan Hidup di Ciputat Tangsel Rp2 Juta Sebulan, Kawasan Jujugan Mahasiswa dan Pekerja yang Biaya Hidupnya Supermahal

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

OSZAR »