Tukang parkir kafe di Malang, saya akui, adalah tukang parkir terbaik yang pernah saya temui
Mengakulah, kita semua pasti punya love-hate relationship dengan tukang parkir. Dan saya juga percaya kalau kalian nggak hanya dongkol dengan tukang parkir liar. Ya, mereka memang menyebalkan. Tiba-tiba aja muncul ketika kita mau pulang. Alih-alih membantu, mereka bikin kita menggerutu.
Apakah semua tukang parkir seperti ini? Jelas tidak, tapi hampir sulit untuk tidak bilang sebagian besar seperti ini. Bahkan tukang parkir di resto maupun kafe yang pengunjungnya bisa jadi nggak sebanyak minimarket atau pasar pun terkadang sama-sama ngeselinnya. Udah biayanya bisa sampai 5 ribu rupiah, kerjanya cuma duduk-duduk doang lagi. Geser-geser motor pun cuma sesekali aja, itupun kalau lagi mood.
Namun, lain halnya dengan Malang. Nggak tahu kenapa, tukang parkir kafe di Malang itu kerjanya sangat bagus. Seolah-oleh mereka sangat mencintai pekerjaannya dan menganggapnya sebagai ibadah. Gimana nggak, ketika di sana sudah beberapa kafe saya datangi tukang parkirnya bikin saya nggak rela bayar 2 ribu rupiah.
Daftar Isi
Ramah dan sangat helpful
Menurut saya, tukang parkir kafe di Malang itu ramah-ramah. Iya, memang nggak semua. Tapi dari pengalaman saya ke mengunjungi beragam kafe di sana lebaran lalu, jumlah yang ramah jauh lebih banyak. Ketika ke Malang 2 tahun lalu pun juga sama. Cara ngomong mereka santai dan sopan.
Selain itu, mereka juga helpful. Saking helpful-nya saya sampai mengira mereka ini jangan-jangan digaji bulanan. Percaya atau tidak, di salah satu kafe ada sekumpulan satpam sekaligus tukang parkir yang menawarkan payung. Saat itu memang hujan, dan karena saya dan kakak saya dikejar waktu, hujan pun jadi tak penting lagi. Saat itulah sang satpam bertanya, “Mbak naik motor atau mobil? kalau naik motor pakai payung dulu ini aja, Mbak, nanti pakai mantelnya di sini (lobby).”
Dari situlah saya sangat mad respect sama si bapak. Dan yang bikin mad respect lagi, payung yang disediakan seingat saya ada 3, warnanya seragam, dan kualitasnya seperti baru. Tapi percayalah, yang saya kira digaji bulanan ternyata kita tetap bayar 2 ribu rupiah. Maksud saya, yang sebaik ini aja tarifnya cuma segini? Bahkan satpam hotel harusnya sungkem sama dia.
Skill dan modal tukang parkir kafe di Malang nggak kaleng-kaleng
Hal kedua yang nggak kalah penting, tukang parkir kafe di Malang yang saya kunjungi itu skill-nya oke punya. Selain itu, mereka tuh juga bermodal lho, Gaes. Ketika saya bilang kalau mereka seolah mencintai pekerjaannya, itu bukan omong kosong. Pasalnya, mereka benar-benar mengerjakan seluruh jobdesc tukang parkir dengan sangat baik. Nilai A tampaknya masih belum bisa menggambarkan kesempurnaan mereka. Jobdesc yang too good to be true pun juga dikerjakan.
Okelah kalau menunjukkan parkiran kosong, ngasi tahu jangan kunci setir, merapikan motor dan membantu mengeluarkannya, itu adalah jobdesk mutlak. Saya kasi tahu ya, sudah dua kali saya dapat tukang parkir yang rela mengatur helm kami supaya tidak basah saat hujan. Ada yang ditelungkupkan, bahkan ada juga yang sampai dikreseki!
Bahkan, jas hujan kami pun juga dirapikan dan diatur sedemikian rupa untuk menutupi helm dari hujan. Selain itu, kalau saya nggak salah ingat, ada juga yang menutupi jok motor dengan lembaran kardus. Terus terang selama hidup di Surabaya, saya nggak pernah melihat fenomena langka ini. Yang baik aja jarang, apalagi yang bermodal.
Malang memang beda
Membicarakan soal tukang parkir memang sering kali menyebalkan. Nggak hanya yang liar, tukang parkir yang resmi seperti di kafe pun seringkali menguji kesabaran para tamu. Udah bayar, malah nggak bantuin apa-apa. Paling banter ya hanya membantu mengeluarkan motor.
Tapi, lain halnya ketika saya ke kafe-kafe di Malang. Tukang parkirnya itu lho, santai, sopan, dan helpful pula. Seolah mereka-mereka ini ikutan punya usaha. Nggak hanya itu, mereka juga punya skill yang oke dan bermodal. Andaikan tukang parkir semua begini, sepertinya separuh dari masalah hidup kita bisa terselesaikan ya.
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Melacak Sejak Kapan Profesi Tukang Parkir yang Nyebelin itu Ada di Indonesia