Di Jakarta sudah terlalu banyak warung Madura. Coba deh para pemilik warung mempertimbangkan buka di Bondowoso juga.
Siapa yang nggak pernah melihat warung Madura di Jakarta? Itu lho warung yang jualan 24 jam, bahkan memegang prinsip nggak akan pernah tutup dan menjual semua barang. Saya sampai menemukan cuitan netizen di TikTok yang bertanya apakah warung Madura ini ada grupnya, kok gampang banget bukanya. Beragam komentar muncul jika berkaitan dengan warung satu ini, seperti pujian, keluhan lucu, dll.
Warung ini memang menyediakan kebutuhan orang-orang dengan harga terjangkau. Di Jakarta, warung ini bisa ditemukan di mana-mana. Tetapi saya pikir sudah terlalu banyak warung Madura di sana, sehingga saya lebih menyarankan toko kelontong ini pindah saja ke Bondowoso. Begini alasannya.
Daftar Isi
Sewa tempat di Bondowoso lebih murah
Alasan pertama kenapa warung Madura mending buka di Bondowoso tentu karena biaya sewa di sini lebih murah daripada di Jakarta. Jadi ibaratnya menyewa toko di Jakarta bisa mencapai angka Rp30 juta per tahun untuk daerah strategis. Tetapi dengan uang segitu, kita bisa menyewa toko yang luasnya dua kali lipat dari di Jakarta.
Biaya operasional juga lebih ringan meski omzet tak sebesar di Jakarta tapi omzet masih masuk akal lah. Hal ini setidaknya cukup dan bisa bikin pemilik warung bernapas lega. Selain itu, kalau warung Madura banyak buka di Bondowoso, warga nggak perlu repot ke minimarket untuk berbelanja, cukup datang ke warung Madura sudah bisa membeli semua kebutuhan.
Suasana Bondowoso bikin para pemilik warung berasa di kampung halaman
Jika warung Madura buka di Bondowoso, saya jamin para pemilik akan merasa seperti pulang ke rumah. Soalnya begini, masyarakat di sini menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari, sehingga basa-basi dan keakraban antara penjual dan pembeli bakal nyambung. Beda sama Jakarta yang kebanyakan pendatang dan bahasa yang dominan digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Betawi.
Masih sepinya warung Madura di Bondowoso
Sepinya warung Madura di Bondowoso saya rasa ibarat tambang emas yang belum dilirik. Karena masih sepi, ini adalah lahan subur yang sebenarnya belum banyak digarap.
Masyarakat di sini punya potensi daya beli yang cukup tinggi. Kehadiran warung yang terkenal serba ada dan buka 24 jam ini tentu menjadi daya tarik tersendiri. Warga nggak perlu lagi panik kehabisan gas tengah malam atau butuh kopi instan dadakan. Tinggal mampir ke warung terdekat. Bensin habis di tengah jalan pun bisa mencari warung yang siap sedia 24 jam.
Intinya, ini bukan cuma soal jualan, tapi juga soal memberikan solusi dan kemudahan buat masyarakat setempat. Siapa tahu dengan hadirnya semakin banyak warung Madura di sini, masyarakat juga bisa semakin dimudahkan dan lebih hemat. Kehadiran warung ini bak angin segar di tengah musim panas. Gimana menurut kalian?
Penulis: Nurul Khofifatul Molika
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Perbedaan Warung Madura di Jakarta dan Surabaya yang Nggak Banyak Orang Menyadarinya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.